Sunday, August 23, 2020

Code Blue

Sore itu IGD tidak terlalu ramai. Hanya ada satu dua pasien yang rencana rawat jalan dan satu dua pasien yang tinggal menunggu waktu kepindahan ke kamar rawat inap. Saya dan kakak-kakak perawat jaga sedang duduk menulis status tanpa terburu sambil sesekali memasukan cemilan ke mulut. Tiba-tiba kami dibuat kaget oleh sebuah teriakan yang berasal dari lobi IGD: "Code bluee!!!!!"

Code blue adalah sebuah kode yang umum digunakan di lingkup fasilitas kesehatan yang artinya ada orang yang henti jantung/henti napas. Henti jantung dan henti napas merupakan kegawatdaruratan yang paling mengancam nyawa, dan penanganan yang tepat serta cepat konon mampu mengembalikan denyut maupun napas pasien, tentunya tergantung juga pada penyakit penyerta yang diderita pasien.
Di RS tempat kami bekerja, pengumuman code blue sudah terintegrasi dari setiap telepon yang ada di RS langsung ke pengeras suara di seluruh sudut RS, sehingga di manapun dokter dan tim code blue berada, bisa langsung merespons dengan datang ke TKP.

Namun sore itu, ada hal yang tidak biasa. Kami mendengar teriakan code blue dari seorang wanita yang berada dari dalam mobil tepat di lobi IGD. Saya berlari menyambar alat bagging, kakak-kakak perawat juga langsung berlari ke lobi dan sebagian membawa brankar. Seorang laki-laki paruh baya yang duduk di kursi samping pengemudi terkulai lemas tidak sadarkan diri, sementara wanita yang berteriak tadi duduk di kursi penumpang belakang. Salah satu perawatku langsung mengambil inisiasi untuk melakukan RJP (resusitasi jantung-paru*) di kursi penumpang sementara tim menyiapkan brankar untuk membawa masuk pasien. Karena posisi yang kurang maksimal untuk melakukan RJP di jok mobil, dalam waktu beberapa detik kami pindahkan pasien tersebut ke atas brankar dan langsung membawanya menuju zona merah IGD sambil tetap melakukan RJP. Secara simultan, tim kami juga mencoba mencari akses intravena serta memasang elektroda yang terhubung pada monitor untuk mengetahui irama jantung pasien. Setelah beberapa siklus kompresi, obat-obatan serta kejut defibrilasi diberikan, pasien ini ROSC, kembali memiliki sirkulasi spontan atau dengan kata lain, jantungnya kembali berdenyut! MasyaAllah

Kami memantau pasien ini dengan seksama selama di IGD, karena bukan tidak mungkin terjadi serangan jantung berulang. Ketika sedang sibuk konsul ke dokter penanggung jawab pasien, yang dalam hal ini dokter spesialis jantung, serta memesan kamar ICU untuk perawatan pasien selanjutnya, saya terkesima melihat pasien tadi sadar, compos mentis, sampai sampai bisa duduk di atas brankar IGD. Pasien paruh baya tersebut berkata ia haus dan juga bisa bercakap dengan keluarganya walau dalam kondisi yang masih cukup lemah. Saya mengingatkan agar keluarga tidak terlalu banyak mengajak pasien berbicara terlebih dahulu agar pasien tersebut dapat beristirahat.
Hal ini menjadi pengalaman pertama yang sangat berharga bagi saya. Beberapa menit sebelumnya, Bapak tersebut tidak sadar, jantungnya berhenti berdenyut sama sekali, dan atas kuasa Allah, ia kini bangun dan terduduk dan bahkan berbicara ingin minum. Allah berikan kesempatan baginya untuk kembali berbincang dengan keluarga. Sebetulnya ini bukan kali pertama pasien tersebut mengalami serangan hingga henti jantung. Beberapa bulan sebelumnya, pasien juga mengalami henti jantung dan setelah dilakukan resusitasi, beliau kembali hidup dan bertahan hingga sekarang. Beliau memiliki,... kesempatan kedua.

Lantas saya berpikir, berapa banyak orang di luar sana yang mati lantas memohon pada Allah untuk diberi kesempatan kedua agar bisa solat, taubat, dan bersedekah, namun tidak lagi dikabulkan? Berapa banyak dari kita yang menyianyiakan kesempatan hidup kita yang hanya satu-satunya ini dengan hal-hal yang tidak selayaknya dilakukan?

*resusitasi jantung paru adalah tindakan melakukan kompresi atau penekanan pada pertengahan dinding dada tepat di atas tulang dada untuk menggantikan sementara fungsi jantung dalam memompa darah ke paru dan seluruh tubuh. kompresi disertai juga dengan memberikan napas buatan.

No comments:

Post a Comment