Tuesday, September 27, 2016

Congraduation Titi, S. T.


Selamat menempuh hidup baru sebagai seorang sarjana, insinyur industri harapan bangsa!
Semoga ilmu bermanfaat, bisa segera berkontribusi untuk kemajuan negeri ini...
Semangat my luv Titi :)
Sorry ga bisa kesana :(

Saturday, September 10, 2016

Bye bye Bella

Captionnya: maafin kita yang dulu ya! #,#

Safe trip ma bes fren !
Annisa Rizqi Derlandia, S. T., aka Bella
Ketemu jaman SD tapi masih belum kenal #ala rival olimpiade
Kenalnya pas jaman alaynya Arung Xlamn, belajar bareng, nari bareng, pulang bareng, pergi les bareng
Sekelas lagi di masa putih abu-abu di Las Vegas yang alaynya juga tetep aja, masih sama hobi nari n kejar-kejaran ranking kelas
Masuk kelas tiga, mulai sadar waktunya ke jalan masing2
Kalau aku mau jadi dokter, kamu mau jadi insinyur
LDR jadi kenyataan
Seusai graduation (baca: wisuda) LDRnya makin jauh ya
Turut bahagia kamu dapat beasiswa di negeri yang kamu bisa menemukan keluarga sesama sipit di sana wkwkwk
Sampai ketemu lagi Bella, entah dua tiga tahun lagi... Semoga bahagia di China, ketemu mas mas china soleh yang bisa dikenalin ke keluarga.
Salam sayang, dari Jakarta.

Friday, August 12, 2016

Kisah Hasil Tak Mengkhianati Usaha

Sebagai cewe aku pernah dengan ngga tau malunya nembak. Yap, nembak duluan. Tapi jangan salah dulu, bukan nembak cowo kok hehe,,, tapi nembak bikin SIM!

ceritanya pas masih SMA dulu hidup penuh dilema, buat ke sekolah lebih efisien naik motor tapi belum punya SIM berhubung masih anak kemarin sore.. Dilemaku antara bawa motor tanpa SIM kan salah (takut kena tilang lebih tepatnya), tp bikin SIM saat itu juga salah.. lalu datanglah ujian iman, yaitu pengadaan tes SIM kolektif di SMA-ku. Konon tes di SMA lebih gampang lulus dibanding tes di tempat ujian SIM langsung.

Dengan izin ortu dan berbekal surat domisili yang keterangan tahun kelahirannya dibuat jadi 2 tahun lebih tua, aku akhirnya boleh ikut tes teori dan praktik yg diadakan secara kolektif di sekolah. Alhamdulillah lulus dg perbaikan dan punya SIM yang berlaku sampai hari ultah tahun 2016. Singkat cerita, SIM tembakan itu ga pernah keluar sekalipun dari dompet karena ga pernah juga disetop Pak Polisi. Kekhawatiran akan ditilang tak pernah terjadi sampai masa berlaku SIM itu sendiri sudah mendekati habis.

Awal tahun 2016 aku sudah antisipasi dan bertanya ke bagian pembuatan SIM di Jember, bisa ga ya diperpanjang saat itu karena sudah pasti bulan Maret nanti aku sedang di Jakarta.. kata Bapak Petugasnya, ga bisa.. terus bisa ga Pak misalnya online aku perpanjang di Jakarta? Ga bisa juga.. tapi ada waktu 3 bulan kok mbak setelah kadaluarsa. Oke! Juni aku pulang kok, see you Pak!

Bulan Juni akhirnya aku pulang,  menemui sang Bapak berharap SIM bisa diperpanjang dan betapa terkejutnya aku ada pengumuman tertempel di kaca tepat aku bertanya beberapa bulan lalu: "Per 1 Juni 2016, telat 1 hari perpanjang SIM sama dengan buat baru" whaaat?! Jadi aku harus urus n tes dari awal lagi? :" mana janji manismu Pak.. well, ketakutan ga lulus yg sempat terbesit di benakku buru2 ku tepis. You can do it Nita! Di sinilah kisah itu perjuangan itu mulai...

Oke, mulai review kembali soal-soal tes teori SIM, ada di internet*, lumayan membantu loh! Alhamdulillah lulus one shot tes teori! waktu itu cuma 3/30 peserta, yang lulus tes teori dan boleh langsung tes praktek hari itu juga.. deg! Aku jd grogi, uda 4 taun jarang bawa motor, ga sampai 30/356 hari setahun terus harus tes di lima track yg menurutku diliat aja susah banget.. ya Alloh bantu hamba! Wahai motor varioku tercinta, bantu aku ya! Here we go,..

Track 1 jalan lurus rem berhenti kaki kiri turun - lulus yeh
Track 2 jalan lurus serong rem berhenti kaki kiri turun - lulus yeh
Track 3 U turn, nah ini, pas awal ngegas aja uda ga yakin, karena dari beberapa trialku belum ada satupun yang berhasil.. dan bener aja, aku ga lulus dan harus ngulang minggu depan..
Oke kamu ngga gagal nit, cuma belum berhasil aja haha
Lets try again next week'

Tentu aku ga mau tanpa persiapan, aku latihan sore2 ke tempat ujian demi bisa lulus.. dan aku merasa motor vario techno yg super lebar n berat bobotnya ini ga bs aku kuasai untuk belok setajam itu, dan akhirnya pinjem motor teman mama (beat yg model baru) untuk ujian minggu depan
Dan ternyata, pada saat ujian remedial, aku masih blm berhasil juga..masih di track yang sama! Aku masih mrasa motornya yg berat, berharap bs pake motor beat jadul yg kecil n ringan. Oke minggu depan coba lagi yuk Nit!

Di saat itu setan melalui orang-orang di sekitarku sudah mulai berbisik agar aku nembak aja, nanti repot banget kan bolak balik latian, kayanya emg km yg ga bakat deh bukan salah motornya! Tapi aku ngotot tetap mau ujian, mumpung ujiannya gratis dan aku msh ada wktu dua minggu sblm balik ke jakarta.. aku bakal berjuang latihan n coba cari pinjeman motor.. enak aja bilang aku ga bakat, nanti ku buktikan ya!
Minggu depannya aku datang lagi dan beruntung sebab dapet pinjeman motor beat yg bener-bener versi pertama keluar banget plus bertabur kenangan. *eits

daaaaan fakta membuktikan kalau ternyata aku bener-bener ga bakat guys, masa aku justru gagal di track 2 :( aku oon banget pake naruh kaki kanan pas berhenti padahal harusnya kiri kaan.. "see you next week" seolah cone2 track ujian itu berkata padaku. Aaaaah! Hampir.habis sabarku.. ini uda 3 kali pake motor beda2 n uda latian masi aja ga lulus. Lu bisa ga si nit naik motor yg bener?? Ga bisa dibiarkan nih...

Nyatanya aku ga menyerah dan bener2 ingin bukti bahwa aku bisa lulus tes. aku masih setia latihan pake motor beat penuh kenangan itu sampe betul2 aku yakin bisa melewati kelima track tanpa menjatuhkan cone maupun kaki.. oke hari H tiba, tapi cobaan datang.. motor penuh kenangan yang sudah berhasil membuatku melewati seluruh track pada waktu latihan itu harus dipakai sama mamah camer.. :" Yawes, aku istigfar aja mgkn ini memang ujian harus pakai motor vario lagi, aku udah ikhlas.. hiks,. Tp tetiba camer telpon anaknya kalo udah pulang dari sekolah jadi motornya bs dpake! yey,.langsung tancep gas pinjem motor, untungnya jarak tempat ujian sama rumah camer ga jauh,. Sampai di detik2 ujian pun tiba.. entah kenapa hari ini beda, pak polisinya kasi kita para peserta tes seragam rompi ujian n difoto dlu.. kata bapaknya abis pake rompi biasanya lulus mba. Mrasa disemangati aku beneran smangat n yeah! Akhirnyaaaa.... Aku lulus tes SIM! Bener2 lulus sesuai kemampuanku yg remed berkali-kali ini.. so proud of me.. seumur-umur baru sekarang merasakan ikut tes yang menentukan kelulusan... bahkan lulus pas masuk penerimaan sd smp sma n kuliah rasanya beda, ini lebih waw dan bangga :"
MasyaAllah..


Thursday, June 2, 2016

~

I've tried so many times
I've not sleep so many nights
Tryin' to forget you is harder than I thought before
Remembering you, always brings positive things to my mind
And also tears in my eyes

But why still I can't forget about you?

Thursday, May 12, 2016

Cerita koas part 5: Obstetrics and Gynecology

Stase mayor kedua yang kujalani semester ini adalah modul ilmu kesehatan perempuan, atau yang sering disebut stase obsgyn. Bloody business, sebagian orang menyebutnya demikian karena memang di stase ini koas langsung ikut observasi dan melakukan berbagai tindakan medis yang tak lepas dari cairan merah bernama darah. Bau anyir ketuban sudah jadi teman sehari-hari selama 9 minggu di stase ini. Di pekan pertama, kami dipahamkan dulu dengan berbagai skill kebidanan, langsung dibimbing oleh para konsulen dan chief residen obsgyn yang baik-baik. Di minggu kedua, mulai kegiatan jaga malam, bertemu ibu2 kesakitan yang mau partus, atau mbak-mbak bahkan adik-adik yang umurnya jauh lebih muda dariku tapi sudah mau melahirkan anak pertama, kedua, bahkan ketiganya.
Belajar di obsgyn membuka mataku akan pentingnya kesehatan perempuan sebagai tonggak kesehatan bangsa. Di modul ini juga seringkali aku harus mengelus dada karena berbagai drama yang ada. Di saat ada anak umur 17 tahun yang menginginkan anaknya segera meninggalkan rahimnya karena ia benci padanya, ada juga seorang ibu yang sudah sangat lama menantikan hadirnya buah hatinya namun harus berakhir kecewa karena ia mengalami abortus maupun intrauterine fetal death. Di saat ada remaja yang menyesali ia harus hamil di luar nikah, dan bukan hamil betulan ternyata jadinya hamil anggur, ada pula mbak-mbak yang sengaja ingin dinikahi hingga ia memaksakan diri jadi korban namun malah hamil ektopik.
Tuhan itu adil, memberikan cobaan pada makhluknya untuk menguji dan menaikkan tingkatnya.
Satu hal yang juga selalu menggetarkan hatiku setiap hari di obsgyn adalah melihat perjuangan ibu saat melahirkan, jadi ingat mama... Aku jadi membayangkan betapa kesakitannya mama dan betapa relanya ia merasakan itu semua, bahkan tangis bahagia yang tercurah setelah semua kesakitan itu dilalui. Kadang aku bertanya, sanggupkah aku sebagai wanita menjalaninya kelak?
Tapi Allah sudah berjanji bahwa tidak ada ujian yang diberikan melampaui kemampuan kita, dan bukankah untuk naik kelas kita perlu lulus ujian? Sekali lagi, tak ada pelaut ulung yang lahir dari samudra tenang tak berombak.
Terimaakasih Obsgyn! :)

Suatu hari di ER Kebidanan RSP

Monday, April 18, 2016

Cerita koas part 4: Dari kontra menjadi tidak kontra

Sebelum aku masuk tahap pendidikan profesi alias jadi dek koas, aku seringkali ditanya mau masuk spesialisasi apa. Sedikit bocoran, jika diminta memilih dari empat besar stase mayor salah satu kontraindikasiku adalah anak. Kenapa? Karena aku tidak suka anak yang rewel dan manja, aku juga kadang kesulitan menenangkan anak kecil untuk sekedar diperiksa. Jika memeriksa saja tidak bisa, bagaimana aku bisa jadi dokter anak? Pikirku dulu. Selain itu, aku juga terlalu tidak tega jika harus melihat anak yang sakit parah. Mereka belum berdosa, masih polos, dan harus mendapat derita karena sakitnya. Aku takut aku tidak mampu menghadapi hal itu kelak, sehingga aku mengkontraindikasikan anak sebagai tujuan spesialisasiku nanti...

Setelah masuk stase anak, sebagai stase pertama rotasi mayorku, aku perlahan mengetahui bahwa memang, memeriksa anak itu susah, apalagi kalau sedang sakit atau dia punya keparnoan sendiri sama dokter, yang dikira mau nyuntik atau apalah.. Aku belajar di stase ini, bahwa kita harus bisa mendistraksi anak, dengan awalnya membangun hubungan baik dulu dengannya. Koas anak mungkin perlu mengantongi mainan selain stetoskop dan penlight nya. Koas anak harus bisa masuk ke dunia anak dengan mencoba menyamakan diri dengan mereka. Perlahan aku mengerti bahwa ini bisa dipelajari... Aku juga mulai belajar bagaimana menggendong bayi baru lahir dengan kepala yang empuk dan belum bisa tegak, bagaimana menenangkan tangisannya, bagaimana memberikan susu lewat botol, dan lain sebagainya.. Ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan

Namun, kesedihanku melihat anak-anak dengan penyakit parah masih saja membuatku sedih berlebihan. Apalagi di RSCM, jarang sekali ada pasien anak yang datang karena hanya diare akut dan dehidrasi, atau karena batuk radang tenggorokan... Kalaupun diare, hampir pasti kronis, dan ada HIV nya, kalau pun batuk, pneumonia atau TB yang milier. Di sini juga banyak pasien keganasan, mulai dari kanker darah, sampai kanker hati. Anak-anak yang tak berdosa itu harus menghabiskan masa kecilnya di rumah sakit. Padahal hidupnya masih panjang, ia masih harus punya cita-cita dan mengejarnya sampai dapat. Ingat soal cita-cita, hal itulah yang menguatkanku. Membuatku berpikir bahwa menyelamatkan anak-anak adalah hal yang utama, sama halnya dengan menyelamatkan dunia masa depan. Aku yang awalnya terlalu sedih malah bersemangat untuk memajukan kesehatan anak Indonesia. Aku yang awalnya kontra, menjadi tidak kontra lagi.. Walaupun untuk jadi indikasi masih berpikir pikir lagi...

Monday, April 11, 2016

Cerita koas part 3: Mengapa Stase Anak Menakutkan?

Stase anak di UI terkesan menakutkan bagi sebagian besar koas, karena konon para dosen/konsulen yang saat ujian tidak segan memberikan 'kesempatan' remedial bahkan mengulang stase jika sang mahasiswa memang masih dianggap perlu belajar lebih banyak. Apa yang menjadi sumber ketakutan mahasiswa itu rupanya bukan tanpa alasan.
Seorang guru pasti ingin muridnya lebih baik dari dirinya kelak. Seorang guru yang baik akan mengajarkan yang terbaik, dan tahu kapan harus melepas anak didiknya sendiri dan kapan harus mendampinginya belajar lagi..
Sebuah 'pembelaan' dari seorang dosen/konsulen anak, tentang mengapa ada saja ketidaklulusan di stase anak, adalah karena bagi mereka, kelulusan mahasiswa merupakan suatu tanggung jawab moral sebagai guru dari seorang dokter. Jika mahasiswa yang dididiknya itu belum mampu dilepas sendiri, namun diluluskan, jika suatu saat ia melakukan kesalahan karena kebelummampuannya sebagai dokter, maka sang dosen yang mendidik dan meluluskan tentu memegang peran dan bertanggung jawab atas akibat yang muncul. Akibatnya tentu ada pada pasien, entah itu berupa kesalahan yang tidak diketahui, atau kesalahan yang sampai menimbulkan morbiditas, bahkan mortalitas.
Karena alasan itulah, para dosen/konsulen anak, terkesan 'tega' untuk tidak meluluskan mahasiswa. Wallahu'alam
#psst hari ini aku ujian pasien di RSF, doakan yaa :')

Saturday, March 5, 2016

Tuberkulosis, Penyakit Mematikan yang Bisa Disembuhkan

Beberapa waktu lalu, saya sempat dikagetkan dengan kabar duka dari seorang sahabat yang saudara sepupunya meninggal dunia di usia belasan tahun karena sakit tuberkulosis. Penyakit infeksi yang bisa merenggut nyawa ini angka kejadiannya memang masih sangat tinggi di negara kita. Pada tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-4 angka kejadian TB terbanyak di dunia [update terbaru bisa jadi berbeda]. Apakah ini sebuah prestasi? Bisa dibilang begitu, karena berarti pendeteksian penyakit ini sudah cukup baik di negara kita, akan tetapi, patutkah kita berbangga akan prestasi tersebut? Berapa banyak orang yang terdiagnosis TB namun tidak mengikuti program pengobatan TB yang sudah terstandar dari pemerintah dan mengabaikannya sehingga tidak sembuh dan menjadi sumber penularan bagi orang lain? Menurut data Riskesdas 2013, hanya 44% dari penderita TB yang mengikuti program pengobatan dari pemerintah... Kemanakah sisanya? Mungkin ia duduk di samping kita saat kita naik angkot, atau nonton di bioskop? Mungkin ia adalah dosen kita yang sedang mengajar? Mungkin ia adalah teman sekamar kita di asrama? Bisa jadi, mengingat jumlahnya yang sangat tinggi di Indonesia. Banyak orang yang takut terkena penyakit TB, namun apakah kita harus sekhawatir itu?

Tuberkulosis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui udara, dari droplet nuclei penderita TB paru aktif yang sedang berbicara, bernyanyi, batuk, atau bersin yang terhirup ke dalam paru orang sehat. [karenanya penderita TB paru harus diedukasi untuk selalu menggunakan masker untuk mencegah penularan ke orang lain] Kuman TB dalam droplet nuclei ini akan mati apabila terkena sinar matahari dalam hitungan detik hingga menit, karenanya penting untuk setiap orang menjaga ventilasi dan pencahayaan tempat tinggal terutama apabila ada penderita TB yang tinggal bersama.
Meskipun masuknya kuman ini selalu melalui paru, namun ia dapat menyebabkan penyakit di berbagai organ tubuh selain paru, termasuk otak, selaput otak, kulit, tulang, ginjal, kelenjar getah bening, usus, dan bisa juga diseminata atau menyebar ke seluruh tubuh. TB selaput otak atau meningitis TB cukup sering ditemukan selain TB paru dan dapat menyebabkan kelainan saraf permanen. Hal yang perlu kita waspadai bersama adalah apabila seseorang menderita TB paru, karena ia dapat menularkan penyakit tersebut ke orang lain.
Penyakit ini dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik, tapi perlu diketahui bahwa kuman TB ini sangat kuat dan mudah sekali menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik. Karenanya, dibuat program pengobatan TB yang terdiri atas beberapa jenis antibiotik yang sangat kuat dan tidak biasa. Pengobatannya pun sangat lama, minimal selama 6 bulan. Saat ini pengobatan TB bisa didapatkan gratis di Puskesmas, sehingga seharusnya, biaya tak lagi jadi masalah... Sebagian besar penderita TB sembuh dengan pengobatan lini pertama, sebagian kecil harus berlanjut ke lini kedua karena tidak merespons baik dengan pengobatan lini pertama, sebagian kecil juga dapat relaps atau kambuh, atau bahkan terinfeksi kembali.
Kapan kita curiga akan gejala TB? TB dapat menunjukan gejala yang mirip dengan penyakit lain, namun jika anda atau orang terdekat anda mengalami batuk lebih dari dua minggu [wajib 'ain untuk periksa], berdahak, rasa lemas, nyeri dada, sesak, keringat malam, penurunan berat badan, sebaiknya anda segera datang ke dokter untuk memeriksakan diri. Biasanya anda akan diminta untuk cek dahak, apakah terdapat kuman TB di dalamnya. Jangan takut untuk berobat, karena tanpa pengobatan TB bisa mematikan dan menular ke orang terdekat yang anda cintai...
Hal penting lain adalah, jika ada anak-anak yang mengalami kontak dengan penderita TB, HARUS segera diperiksakan juga apakah terinfeksi atau tidak, dan diberikan antibiotik profilaksis (pencegahan) agar tidak sampai sakit.
Apakah TB dapat dicegah? Jawabannya YA! Imunisasi BCG telah lama menjadi program pemerintah kita, diberikan pada bayi berumur 2-3 bulan agar merangsang pembentukan imunitas seluler terhadap kuman TB. Imunisasi BCG terbukti mencegah manifestasi buruk dari TB dan TB diseminata. Jadi jangan ragu lagi untuk memberikan imunisasi pada bayi-bayi yang baru lahir...
Lalu apakah kita khawatir? Tentu saja! Apakah kita ingin prestasi kancah dunia perihal TB turun? Pasti! Karenanya, mari kita bersama aware dan saling mendukung program pemberantasan TB.
Semoga bermanfaat

Friday, March 4, 2016

Cerita koas part 2: Jaga Perdana

Semalam adalah jaga malam perdanaku. Aku mendapat tugas untuk berjaga di bagian Perinatologi RSCM, tempat bayi-bayi baru lahir yang perlu mendapat perawatan medis. Alhamdulillah aku tak sendiri, ada Kak Nay koas angkatan 2011 yang juga berjaga bersamaku, dan ada juga dokter ppds anak serta kakak-kakak perawat yang memang bertugas di perinatologi. Bisakah kau bayangkan, aku yang selama ini nggendong debay aja selalu salah kata mama, harus jaga perdana di Perinatologi. Untungnya ga perlu gendong debay di sini karena bayi-bayinya lagi dalam perawatan inkubator semua :'

Malam tadi ada dua operasi SC yang aku ikuti. Satu pasien ibunya CHF, dan satu lagi dengan plasenta previa yang sudah mengalami hemoragia antepartum. Untuk pertama sekaligus kedua kalinya dalam hidupku, aku melihat langsung proses kelahiran bayi manusia perabdominal yang orang kenal dengan operasi cesar. Di saat itulah seluruh bagian tubuhku merinding, melihat bagaimana perut ibu di iris dengan pisau bedah, lalu ditarik untuk diregangkan lebih lebar, lalu di obok obok rahimnya untuk menemukan bayi yang harus ditarik keluar.. Bisa dibayangkan berapa banyak darah yang keluar, dan rasa sakit yang ibu itu rasakan andaikata tidak diberikan anestesi. Satu ibu terpaksa harus dibius total sehingga ia tidak bisa mendengar tangisan pertama anaknya yang sudah dengan susah payah diperjuangkan oleh dokter ppds anak yang melakukan resusitasi. Satu ibu lagi sadar, namun kondisi bayinya sangat mengkhawatirkan, sebab hingga pagi ini ketika aku harus menyudahi jagaku karena ada jadwal kuliah, saturasi oksigen bayinya masih sangat rendah.. Aku hanya bisa berdoa semoga ibu, debay-debay itu, dokter, dan perawat yang bertugas semuanya diberi kekuatan menghadapi takdir yang akan terjadi, apapun itu pastilah yang terbaik..

Apa pelajaran yang kudapat malam ini?
  1. Bahwa proses melahirkan adalah sebuah perjuangan besar dari seorang ibu.. Entah itu pervaginam maupun perabdominal, duaduanya sakit, susah, dan harus kehilangan darah.. Jadi bagaimanapun kondisi ibu kita, jangan sekali kali menyakiti hatinya, karena buat keluar dari rahimnya dulu kita sudah sangat menyakiti fisik beliau...dan malah beliau merasa bahagia hatinya disakiti oleh keluarnya kita...
  2. Bahwa para tenaga kesehatan, sejahat apapun segalak apapun secapek apapun mereka, mereka adalah orang yang sangat baik hati karena merelakan waktu istirahatnya mengurus istri dan anak orang lain...
  3. Bahwa aku harus minum kopi setelah jaga karena segimananya aku mencoba fokus mendengarkan kuliah jam 7 pagi aku masih saja mengalami 'penurunan kesadaran' Untung ngga diusir dosen..
Ya sekian ceritaku hari ini.. Nantikan cerita selanjutnya ya :)

Monday, February 22, 2016

Cerita koas part 1: Awal stase anak

Menjadi koas menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagiku. Apalagi, dengan kurikulum baru di FKUI, yang mengharuskan koas tahun pertama menjalani rotasi di stase mayor. Di tahun 2016 secara berturut-turut aku akan menjalani stase klinik di Anak, Obsgyn, IPD, dan Bedah. Yang paling membuatku khawatir adalah jika aku harus bertemu pasien dan aku tak mengerti apa yang harus kulakukan. Aku takut jika ada pasien yang bertanya sementara aku masih belum memiliki pengetahuan tentang itu. Aku takut, bertemu pasien end stage atau pasien meninggal yang tentu membuat luka dalam bagi keluarganya. Dan ternyata, kekhawatiran itu juga dialami oleh sebagian teman-temanku seangkatan yang sama-sama baru masuk klinik...
Wahai kamu para koas, apakah kamu juga memiliki kekhawatiran yang sama?

Saturday, February 6, 2016

pseudo-Graduation ^^

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya hari ini aku dapat menjalani wisuda program sarjana kedokteran di Universitas Indonesia. Perjalanan ini tak akan bisa kutempuh sendiri, melainkan dengan dukungan orang-orang terdekat yang membantuku melalui berbagai rintangan hidup preklinik.
Ini bukanlah akhir melainkan awal dari kehidupan yang sebenarnya. 3,5 tahun masa studi preklinikku di FKUI yang sangat seru terpaksa harus kuakhiri sekarang. Masa preklinikku adalah hari-hari yang diwarnai oleh kesibukan kuliah, praktikum, latihan keterampilan klinis, membuat LTM dan slide presentasi, ujian sumatif dua sampai tiga minggu sekali, ujian praktikum, dan OSCE keterampilan klinis. Tak lupa juga ada kesibukan riset dari menyusun proposal sampai sidang skripsi. 
Masa preklinik adalah ketika setiap hari bertemu teman satu angkatan, untuk kuliah dalam ruang yang sama, untuk rapat angkatan membahas Baksos, Dekan Cup, Liga Medika, dan Baksos lagi... Masa preklinik adalah ketika mencari uang untuk acara angkatan atau organisasi melalui berjualan makanan, membuka tenda tensi di Gelora Bung Karno, dan berbagai usaha danus lainnya. 
Setelah ini, mungkin kehidupan akan sedikit berbeda... Tak ada lagi pleno LTM, melainkan presentasi kasus. Tak ada lagi latihan keterampilan klinis melainkan memeriksa pasien betulan. Tak ada lagi ujian sumatif, namun ada ujian pasien lisan yang diuji oleh dua konsulen sekaligus..
Ada beban yang kian besar di pundak ini saat beralih status menjadi mahasiswa klinik. Masih banyak yang harus ditingkatkan, di antaranya isi otak perihal ilmu preklinik yang seringkali menguap setelah sumatif, keterampilan komunikasi dan empati kepada pasien, ketahanan dan kekebalan tubuh karena makin banyak waktu terpapar biological hazard di rumah sakit, dan tentunya kesiapan mental menghadapi rintangan hidup klinik yang sedikit berbeda...
Bismillah,
Semangat FKUI 2012 menempuh hidup koas :)

My beloved brother n Mom.. Papa ngga datang kali ini, dengan santainya bilang selamat pake CUK pas dapet kabar anaknya cumlaude :') Love you Pa :*
Mas Nanda ^^
Mama, Dek Levi n Om Sugeng :)

Girls" anak kosan yang tiap hari bertemu, bercerita, makan bareng, bobo bareng, berangkat kuliah bareng :D
Gamabeta, keluarga pertama saat rantau.. Makasi ya sudah ngeroyok adik kecil yang ngelamak ini :*
Titi, dan Bella calon insinyur harapan bangsa, sahabat pas sekolah yang merelakan diri jauh jauh ke Jakarta mampir ke wisuda :*
Kafetaria ^^