Tuesday, October 29, 2019

Osaka Part 1

Selamat 1 bulan!

Yap, tak terasa sudah satu bulan lamanya aku tinggal di Osaka. Sementara ini, aku tinggal di apartemen bersama Kak Pipit dan Kak Dhira, dua awardee Taniguchi Scholarship sebelumku yang masing-masing menempuh program doktoral dan master. Kak Pipit adalah seniorku di FKUI, yang pernah ada di satu departemen di FSI, apalagi kalau bukan Kasum alias Departemen Kemaslahatan Umat (yang isinya sering jalan dan kerja senang). Kak Dhira, adalah alumni ITB, surprisingly seorang novelis dengan nama pena Nellaneva yang sudah banyak melahirkan anak novel! Autongefans sih sama duo senpaiku ini. Alhamdulillah mereka berdua berbaik hati menampung anak baru dari desa ini...

Sekarang di Jepang telah masuk musim gugur. Tidak sepanas summer dan tidak sedingin winter, namun tetap saja aku sering kedinginan. Daun-daun sebagian menguning, sebagian lain masih hijau. Sesekali hujan mengguyur kota ini dan entah mengapa berbeda sekali rasanya dengan hujan di Indonesia. Di sini hujan turun dengan santai, gerimis, kadang disertai angin, tanpa petir, namun tidak habis-habis. Satu bulan ini, tak kusangka, aku telah melalui banyak hal. Aku merasakan bagaimana 'asyiqnya' berada di tengah suara gemuruh jendela apartemen akibat taifun, rasanya tanah bergetar saat solat jamaah karena gempa, memandangi langit senja yang berwarna merah bersemu ungu dari lantai 7 tempat labku berada, menyapa pelangi di pagi hari setelah taifun, solat di ruang ganti toko pakaian, makan ikan mentah alias sashimi, dan mengendarai sepeda -bukan motor- pinjaman Kak Pipit di jalan raya (aku tidak pernah berani melakukannya di Indonesia).

Aku juga banyak bertemu teman-teman baru: teman di lab (hmm masih belum bisa sedekat itu sama teman-teman dari Jepang, mungkin karena bahasaku masih payah, tapi alhamdulillah ada Kak Yuzy dan Kak David di lab ini yang sesama pribumi Indonesa hehe), teman dari Persatuan Pelajar Indonesia di Osaka-Nara (superduper asik rame dan luarbiasa, kita uda sempat barbeque dan makan bareng saat LPJ-an), teman di Osaka Muslim Association (ini macem-macem isinya, ada dari Iran, Syria, Malaysia, Indonesia, dll), dan teman di kelas bahasa Jepang yang kocak abis (berasal dari Indonesia, Malaysia, Thailand, dan China). Paling menyenangkan juga adalah aku mendadak sudah bergabung di klub angklung dan iseng mendirikan klub bridge dan permainan kartu lain bersama teman-teman PPI.

Saat ini aku berstatus sebagai research student di Lab Molecular Virology. Namun, kesibukkanku sebenarnya lebih banyak di kelas intensif bahasa Jepang. Setiap hari sejak pukul 10.30 sampai 16.10 aku mengikuti kelas bahasa Jepang. Selebihnya, aku pergi ke laboratorium baik sebelum maupun sesudah kelas Jepang, untuk belajar berbagai prosedur-prosedur laboratorium yang jujur saja belum pernah aku kerjakan sebelumnya. Aku harus belajar lebih banyak untuk bisa mengejar ketertinggalanku dan mencoba lebih akrab dengan makhluk halus di lab (maksudnya virus, bakteri dan berbagai makhluk renik lainnya). Sampai jumpa di tulisan selanjutnya ya :) Ada request mungkin?

Onoharahigashi, 29 Oktober 2019

Thursday, October 10, 2019

Terimakasih Internsip!

Tulisan ini saya buat khusus untuk enam orang dokter yang setahun ke belakang membersamai saya menjalani hitam putih kehidupan internsip di Jember. Sebut saja mereka "Geng Rasan-Rasan, Istigfar" (karena nyatanya itulah nama grup whatsapp kami setelah sebelumnya bernama "Geng Renang" tapi ga jadi2 renang bareng). Tanpa mereka mungkin tak begini perjalanan internsipku di kampung halaman tercinta. Jika bukan karena mereka, mungkin bukan begini keberangkatanku menuju Osaka.
Pertemuan pertama kami terjadi pada tanggal 10 Oktober 2018 silam. Di Hotel Mercure, Surabaya, kami mengikuti pembekalan dan saling berkenalan. Ada enam orang selain aku dan di tulisan ini izinkan aku membuat sedikit deskripsi paling jujur kacang merah untuk mereka.

Ni kita lagi rasan2 (baca: ghibah)
Atas dari kiri ke kanan: Aku, Mas Nadzir, Mba Putri, Mba Cyn
Bawah dari kiri ke kanan: Didi, Elisa, Della

Dinarda Ulf Nadobudskaya
Oya namanya agak susah ditulis dan diucap, cukup panggil dia Dinar. Tapi khusus bagi kami, kami saling memanggil satu sama lain dengan sebutan Didi. Kadang saling memanggil "Di" ini membuat perawat atau bidan kolega kami bingung. Putri mahkota Bekasi ini memang asli orang Jakarta Bekasi. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan serta anak-anak membuatnya menjadi salah satu kandidat Dokter Spesialis Anak yang bisa diandalkan. Besar dalam lingkungan yang penuh ambisi, Didi tumbuh jadi seorang yang ngegas dan ambis in a good way. Banyak sekali keinginan dalam hidupnya yang perlu lebih dari 24 jam sehari untuk mewujudkannya. Very easily distracted dan ga pernah kenyang akan ilmu. Didi, makasi ya sudah saling jadi supir pribadi selama empat bulan di Puskesmas.

Fawziyah Putri
Ga nyangka bisa satu geng iship sama tetangga sendiri, anak dari imam solat favorit di mesjid dekat rumah. Mba Putri ini adalah hafizah yang sangat inspiratip. Ngafalin muskulus dan nama nervus pas kuliah anatomi aja rasanya otak kita ga muat ga siih, tapi Mba Putri selain jadi dokter juga menjadi penjaga atau penghafal atau hafiz Qur'an. Dikala orang lain sibuk nyari kerja n sekolah setelah iship, Mba Putri justru sibuk menambah dan menjaga hafalannya dengan mondok dan karantina. Udah gitu suka masak! Gimana udah kebayang betapa istriable n ibuable-nya Mba Putri kaaan?

Cynthia Damayanti
Mba Cynnn, wah masih inget rasanya pulang pembekalan dari Surabaya, nebeng mobil Mba Cyn. Mba Cyn sendiri yang nyetir dan kita berasa lagi naik travel. Predikat supir antar kota emang pantas dimilikinya (tak lama kemudian predikat ini menular ke hampir semua geng Iship kami yang harus PP ke Puskesmas di pelosok Jember). Mbak Cyn suka kebut2an, bayangin itu nyetir di jalanan bukan tol kelajuannya sampai 120 km/jam :D wkwkwk aku cuma bisa komat kamit berdoa sambil duduk di jok belakang. Mba Cyn ini super lembut hatinya, setia kawan dan setia pasangan, serta amat mudah terharu. Bakat entrepreneurnya sudah nampak, semoga kelak bisa jadi dokter pengusaha sukses ya Mbak!

Elisa Ratnasari
Ehe, Elisa adalah sumber keberisikan grup ini. Ga ada elisa tetep rame sih (sorry El), tapi ramenya beda. Paling semangat kalau udah macok2in Mba Putri atau Mas Nadzir, plus membicarakan orang yang kita tahu siapa. Oiya Elisa ni manten anyar waktu kita pertama ketemu, dan selama internsip kita jadi selalu ngerasa berdelapan bareng anak Elisa yang jadi anggota geng termuda, walau masih dalam perut sih.. Semangat mahmud, mamah muda Aydan. Tetaplah jadi penebar keceriaan bagi lingkungan sekitarmu.

Della Amelinda
Della ini dokter idola banyak orang, sudah cantik, pintar, baik hatinya. Ia juga tipe wanita tangguh dengan hati yang sensitif serta kadang-kadang berlaku polos. Mudah sekali terharu sampai hidungnya merah seperti tomat. Tujuh bulan dari sekarang, aku baru tahu bahwa Della ternyata teman SMA Aulia alias Kak Eja, teman satu gedung apato di Osaka ini. Benar kata orang, dunia selebar daun kelor. Tetap semangat Del, ku yakin kamu bisa jadi seorang dokter dan pengajar yang baik... Hehe

M. Nadzir
Adalah anggota paling ganteng di geng (sebelum Aydan lahir ke dunia). Mas Nadzir ini ketua geng yang sukanya diem2 di grup, jadi silent reader. Sekali dua kali aja ngomong kalau emang bener2 ditag atau ditanya. Walau tampak diem di grup, tapi kalau ketemu, ngobrol, ngga akan ada abisnya. Sempat ngga nyangka bisa satu grup iship sama senior aksel SMP yang dulu cuma tau n ngga pernah ngomong tapi sekarang berubah jadi teman paling informatif yang tauuu segala update kehidupan terbaru orang-orang. Aku ngga pernah tahu orang yang sangat mania sama kereta api selain Mas Nadzir. Ia bisa pergi ke Jakarta naik kereta hanya untuk pulang lagi naik kerata, karena memang tujuannya adalah naik kereta. Cita-citanya semasa kecil adalah menjadi masinis, namun harus banting setir menjadi dokter. Pesan untuk mas Nadzir, Jangan lama2 nggantung Mas, wanita butuh kepastian. Wkwkwkwkwk

Nah itu tadi gais enam orang super random dan asik yang takdir pertemukan padaku. Super terharu pas mau berangkat ke Osaka, ku dibawain kado yang amat sangat berharga dan berguna, serta dapat notes isi surat dari mereka dan teman2 lain di Puskesmas. Akhirnya geng renang ini jadi juga renang bareng full team di laut, pas kita lagi main ke Banyuwangi. Karena masih aja rindu satu sama lain dan berharap bisa taubat dari rasan-rasan (ghibah), kami ganti nama grup jadi "Geng Melow Gagal Move On" hingga sekarang.

Wish you all the best ya teman2, yang mau jadi spesialis, mau buka usaha, mau jadi suami, istri, ibu, dan bapak, semoga semua lancar dan tetap keep in touch. Terimakasih banyak atas kenangan satu tahun yang luar biasa! Can't ask for better internship club.

Dari Nita,
Supir Jember-Puger