Friday, November 29, 2019

Osaka part 2

Two months already! Selamat tanggal 29 :D mohon maaf tulisan ini akan lebih mirip diary hidup yang nirfaedah. Jadi boleh di skip, boleh juga dibaca sampai tuntas. hehe

November pertama di Jepang sungguh amat menyenangkan. Masih dalam suasana autumn yang jadi primadona di antara keempat musim lain karena suhunya yang sejuk.
Bulan November kali ini jadwalku lumayan padat. Akhir pekanku hampir semuanya terisi agenda. Mulai dari ikutan Machikane-Sai (Festival intrakampus Osaka University, mungkin akan aku post di satu bagian tersendiri tentang ini), rekaman hari Pahlawan bareng Sanggar Budaya PPI ON, Pengajian Muslim Osaka, jadi panitia sekaligus perform angklung di Seminar Diaspora Melek Investasi yang diadain sama PPI Kansai feat OJK, dan liburan bareng PPI ON ke Fukui! Oh ya, jangan lupa ada progress report Lab Virus setiap sabtu dan tahsin bareng Sister Asma di Masjid Ibaraki. Kadang-kadang aku juga ikut latihan badminton PPI ON di Sabtu pagi-siang. Sungguh Sabtu jadi hari tersibuk dalam sepekan.

Di bulan kedua ini juga, Kak David, senpai paling murah hati untuk mengajar, memberiku kesempatan belajar PCR, DNA fluorescence, transformasi, tranfeksi, dan berbagai dunia permakhluk halusan lainnya di lab. Kelas Jepang juga makin heboh dengan hampir 100 kanji dan berbagai grammar yang harus diingat, untung ada Daniel, kamus berjalan yang ga menolak untuk memberitahuku arti dari suatu kata atau karakter kanji. Daniel adalah alumnus Farmasi ITB yang senasib denganku menjadi awardee beasiswa Taniguchi tahun ini. Kami menumpang pesawat yang sama dari CGK ke KIX. Pertama kali harus saling menemukan di CGK, penandanya tidaklah sulit, ransel kuning! Ya, itulah Daniel, umurnya sepantaranku, super jenius dan terkadang seperti anak2. Aku masih berdoa supaya dia betulan dapat pacar cewe kawai Jepang.

Ada dua hal yang baru pertama kali dalam hidup ku beli yaitu: sepeda berbaterai dan komik!
Sepeda hitam listrik berkeranjang itu ku beli di AE*N Kita Senri, ditemani oleh Zhafira, dedek vlogger yang superngehits dan jago bahasa Jepangnya. Sementara itu, komik pertama dalam hidupku adalah Doraemon no 11 yang ku dapat hasil random main ke EXPO City bareng Daniel. Bener2 cuma mau beli komik atas motivasi mau belajar kanji lebih banyak. *superniattt

Ini baru bulan November tapi rasanya sudah kangen rumah,
Apakah libur winter bulan Desember nanti bisa pulang?
Let's see...

Tuesday, October 29, 2019

Osaka Part 1

Selamat 1 bulan!

Yap, tak terasa sudah satu bulan lamanya aku tinggal di Osaka. Sementara ini, aku tinggal di apartemen bersama Kak Pipit dan Kak Dhira, dua awardee Taniguchi Scholarship sebelumku yang masing-masing menempuh program doktoral dan master. Kak Pipit adalah seniorku di FKUI, yang pernah ada di satu departemen di FSI, apalagi kalau bukan Kasum alias Departemen Kemaslahatan Umat (yang isinya sering jalan dan kerja senang). Kak Dhira, adalah alumni ITB, surprisingly seorang novelis dengan nama pena Nellaneva yang sudah banyak melahirkan anak novel! Autongefans sih sama duo senpaiku ini. Alhamdulillah mereka berdua berbaik hati menampung anak baru dari desa ini...

Sekarang di Jepang telah masuk musim gugur. Tidak sepanas summer dan tidak sedingin winter, namun tetap saja aku sering kedinginan. Daun-daun sebagian menguning, sebagian lain masih hijau. Sesekali hujan mengguyur kota ini dan entah mengapa berbeda sekali rasanya dengan hujan di Indonesia. Di sini hujan turun dengan santai, gerimis, kadang disertai angin, tanpa petir, namun tidak habis-habis. Satu bulan ini, tak kusangka, aku telah melalui banyak hal. Aku merasakan bagaimana 'asyiqnya' berada di tengah suara gemuruh jendela apartemen akibat taifun, rasanya tanah bergetar saat solat jamaah karena gempa, memandangi langit senja yang berwarna merah bersemu ungu dari lantai 7 tempat labku berada, menyapa pelangi di pagi hari setelah taifun, solat di ruang ganti toko pakaian, makan ikan mentah alias sashimi, dan mengendarai sepeda -bukan motor- pinjaman Kak Pipit di jalan raya (aku tidak pernah berani melakukannya di Indonesia).

Aku juga banyak bertemu teman-teman baru: teman di lab (hmm masih belum bisa sedekat itu sama teman-teman dari Jepang, mungkin karena bahasaku masih payah, tapi alhamdulillah ada Kak Yuzy dan Kak David di lab ini yang sesama pribumi Indonesa hehe), teman dari Persatuan Pelajar Indonesia di Osaka-Nara (superduper asik rame dan luarbiasa, kita uda sempat barbeque dan makan bareng saat LPJ-an), teman di Osaka Muslim Association (ini macem-macem isinya, ada dari Iran, Syria, Malaysia, Indonesia, dll), dan teman di kelas bahasa Jepang yang kocak abis (berasal dari Indonesia, Malaysia, Thailand, dan China). Paling menyenangkan juga adalah aku mendadak sudah bergabung di klub angklung dan iseng mendirikan klub bridge dan permainan kartu lain bersama teman-teman PPI.

Saat ini aku berstatus sebagai research student di Lab Molecular Virology. Namun, kesibukkanku sebenarnya lebih banyak di kelas intensif bahasa Jepang. Setiap hari sejak pukul 10.30 sampai 16.10 aku mengikuti kelas bahasa Jepang. Selebihnya, aku pergi ke laboratorium baik sebelum maupun sesudah kelas Jepang, untuk belajar berbagai prosedur-prosedur laboratorium yang jujur saja belum pernah aku kerjakan sebelumnya. Aku harus belajar lebih banyak untuk bisa mengejar ketertinggalanku dan mencoba lebih akrab dengan makhluk halus di lab (maksudnya virus, bakteri dan berbagai makhluk renik lainnya). Sampai jumpa di tulisan selanjutnya ya :) Ada request mungkin?

Onoharahigashi, 29 Oktober 2019

Thursday, October 10, 2019

Terimakasih Internsip!

Tulisan ini saya buat khusus untuk enam orang dokter yang setahun ke belakang membersamai saya menjalani hitam putih kehidupan internsip di Jember. Sebut saja mereka "Geng Rasan-Rasan, Istigfar" (karena nyatanya itulah nama grup whatsapp kami setelah sebelumnya bernama "Geng Renang" tapi ga jadi2 renang bareng). Tanpa mereka mungkin tak begini perjalanan internsipku di kampung halaman tercinta. Jika bukan karena mereka, mungkin bukan begini keberangkatanku menuju Osaka.
Pertemuan pertama kami terjadi pada tanggal 10 Oktober 2018 silam. Di Hotel Mercure, Surabaya, kami mengikuti pembekalan dan saling berkenalan. Ada enam orang selain aku dan di tulisan ini izinkan aku membuat sedikit deskripsi paling jujur kacang merah untuk mereka.

Ni kita lagi rasan2 (baca: ghibah)
Atas dari kiri ke kanan: Aku, Mas Nadzir, Mba Putri, Mba Cyn
Bawah dari kiri ke kanan: Didi, Elisa, Della

Dinarda Ulf Nadobudskaya
Oya namanya agak susah ditulis dan diucap, cukup panggil dia Dinar. Tapi khusus bagi kami, kami saling memanggil satu sama lain dengan sebutan Didi. Kadang saling memanggil "Di" ini membuat perawat atau bidan kolega kami bingung. Putri mahkota Bekasi ini memang asli orang Jakarta Bekasi. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan serta anak-anak membuatnya menjadi salah satu kandidat Dokter Spesialis Anak yang bisa diandalkan. Besar dalam lingkungan yang penuh ambisi, Didi tumbuh jadi seorang yang ngegas dan ambis in a good way. Banyak sekali keinginan dalam hidupnya yang perlu lebih dari 24 jam sehari untuk mewujudkannya. Very easily distracted dan ga pernah kenyang akan ilmu. Didi, makasi ya sudah saling jadi supir pribadi selama empat bulan di Puskesmas.

Fawziyah Putri
Ga nyangka bisa satu geng iship sama tetangga sendiri, anak dari imam solat favorit di mesjid dekat rumah. Mba Putri ini adalah hafizah yang sangat inspiratip. Ngafalin muskulus dan nama nervus pas kuliah anatomi aja rasanya otak kita ga muat ga siih, tapi Mba Putri selain jadi dokter juga menjadi penjaga atau penghafal atau hafiz Qur'an. Dikala orang lain sibuk nyari kerja n sekolah setelah iship, Mba Putri justru sibuk menambah dan menjaga hafalannya dengan mondok dan karantina. Udah gitu suka masak! Gimana udah kebayang betapa istriable n ibuable-nya Mba Putri kaaan?

Cynthia Damayanti
Mba Cynnn, wah masih inget rasanya pulang pembekalan dari Surabaya, nebeng mobil Mba Cyn. Mba Cyn sendiri yang nyetir dan kita berasa lagi naik travel. Predikat supir antar kota emang pantas dimilikinya (tak lama kemudian predikat ini menular ke hampir semua geng Iship kami yang harus PP ke Puskesmas di pelosok Jember). Mbak Cyn suka kebut2an, bayangin itu nyetir di jalanan bukan tol kelajuannya sampai 120 km/jam :D wkwkwk aku cuma bisa komat kamit berdoa sambil duduk di jok belakang. Mba Cyn ini super lembut hatinya, setia kawan dan setia pasangan, serta amat mudah terharu. Bakat entrepreneurnya sudah nampak, semoga kelak bisa jadi dokter pengusaha sukses ya Mbak!

Elisa Ratnasari
Ehe, Elisa adalah sumber keberisikan grup ini. Ga ada elisa tetep rame sih (sorry El), tapi ramenya beda. Paling semangat kalau udah macok2in Mba Putri atau Mas Nadzir, plus membicarakan orang yang kita tahu siapa. Oiya Elisa ni manten anyar waktu kita pertama ketemu, dan selama internsip kita jadi selalu ngerasa berdelapan bareng anak Elisa yang jadi anggota geng termuda, walau masih dalam perut sih.. Semangat mahmud, mamah muda Aydan. Tetaplah jadi penebar keceriaan bagi lingkungan sekitarmu.

Della Amelinda
Della ini dokter idola banyak orang, sudah cantik, pintar, baik hatinya. Ia juga tipe wanita tangguh dengan hati yang sensitif serta kadang-kadang berlaku polos. Mudah sekali terharu sampai hidungnya merah seperti tomat. Tujuh bulan dari sekarang, aku baru tahu bahwa Della ternyata teman SMA Aulia alias Kak Eja, teman satu gedung apato di Osaka ini. Benar kata orang, dunia selebar daun kelor. Tetap semangat Del, ku yakin kamu bisa jadi seorang dokter dan pengajar yang baik... Hehe

M. Nadzir
Adalah anggota paling ganteng di geng (sebelum Aydan lahir ke dunia). Mas Nadzir ini ketua geng yang sukanya diem2 di grup, jadi silent reader. Sekali dua kali aja ngomong kalau emang bener2 ditag atau ditanya. Walau tampak diem di grup, tapi kalau ketemu, ngobrol, ngga akan ada abisnya. Sempat ngga nyangka bisa satu grup iship sama senior aksel SMP yang dulu cuma tau n ngga pernah ngomong tapi sekarang berubah jadi teman paling informatif yang tauuu segala update kehidupan terbaru orang-orang. Aku ngga pernah tahu orang yang sangat mania sama kereta api selain Mas Nadzir. Ia bisa pergi ke Jakarta naik kereta hanya untuk pulang lagi naik kerata, karena memang tujuannya adalah naik kereta. Cita-citanya semasa kecil adalah menjadi masinis, namun harus banting setir menjadi dokter. Pesan untuk mas Nadzir, Jangan lama2 nggantung Mas, wanita butuh kepastian. Wkwkwkwkwk

Nah itu tadi gais enam orang super random dan asik yang takdir pertemukan padaku. Super terharu pas mau berangkat ke Osaka, ku dibawain kado yang amat sangat berharga dan berguna, serta dapat notes isi surat dari mereka dan teman2 lain di Puskesmas. Akhirnya geng renang ini jadi juga renang bareng full team di laut, pas kita lagi main ke Banyuwangi. Karena masih aja rindu satu sama lain dan berharap bisa taubat dari rasan-rasan (ghibah), kami ganti nama grup jadi "Geng Melow Gagal Move On" hingga sekarang.

Wish you all the best ya teman2, yang mau jadi spesialis, mau buka usaha, mau jadi suami, istri, ibu, dan bapak, semoga semua lancar dan tetap keep in touch. Terimakasih banyak atas kenangan satu tahun yang luar biasa! Can't ask for better internship club.

Dari Nita,
Supir Jember-Puger

Sunday, September 29, 2019

Welcome to Osaka!

Bismillahirrohmanirrohim,

Hari ini, 29 September 2019 adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di negeri sakura. Aku merantau lagi setelah sempat setahun pulang kampung ke Jember untuk internsip. Di sini, khususnya di Research Institute for Microbial Disease, Osaka University, insyaAllah aku akan melanjutkan studiku di jalur per'riset'an, sebut saja tentang mikrobiologi. Biaya hidup dan kuliahku akan ditanggung oleh beasiswa dari kampus ini yang disebut juga sebagai Taniguchi Scholarship. (mungkin di lain waktu aku akan mencoba membuat sedikit ulasan tentang beasiswa ini, stay tuned ya!)

Mulai hari ini, masih dengan terngiang semua pesan serta salam perpisahan dari keluarga serta teman-teman yang mengantarku ke bandara kemarin, aku bertekad untuk tidak mengecewakan mereka semua. Tentunya ada banyak sekali kecemasan yang terlintas di benakku,
1. kemampuan bahasa Inggris aktifku yang tidak seberapa,
2. ya, bahasa utama di negeri ini adalah bahasa Jepang, tidak banyak orang Jepang yang bisa berbahasa Inggris dan jika bisa belum tentu kita bisa memahami perkataan mereka dikarenakan pronounciation yang terkadang berbeda dengan lidah kita, sementara kemampuan bahasa Jepangku benar-benar masih nol besar (aku sudah bertekad les namun sepertinya selepas jaga malam saat internsip aku lebih memilih istirahat sejenak dari berpikir dan menikmati waktu bersama keluarga),
3. pengalaman riset di laboratorium yang sangat minim (terakhir aku ingat riset di laboratorium mungkin saat praktikum biologi, biokimia, dan mikrobiologi saat masih kuliah preklinik dulu),
4. menjadi minoritas, barangkali terutama dari segi agama di kala terbiasa ada di mayoritas,
5. jauh dari keluarga, bukan tentang aku yang hidup sendiri yang kukhawatirkan, melainkan keluargaku yang ada di sana. Sungguh aku sudah berencana pasti akan pulang ke Indonesia begitu lulus dari program doktoral di sini.

Semua kecemasanku itu, memang seperti sebuah jerat tali yang enggan melepaskan kakiku untuk melangkah, namun aku yakin bahwa selama ada Allah semua akan baik-baik saja.

Onoharahigashi, 29 September 2019

Tuesday, September 10, 2019

Hipertensi: Penyakit Sejuta Umat

Sore itu ada seorang Bapak yang datang ke Poliklinik RS dengan keluhan sakit perut dan diare sejak dua hari. Dengan tidak mengesampingkan masalah di gastrointestinalnya, saya melihat tekanan darah bapak tersebut yang di atas normal. Sang Bapak pun mengaku bahwa beliau memang punya "darah tinggi" dan sering mengukur tekanan darahnya di rumah. Beliau bilang bahwa sehari-hari tensinya bisa mencapai 170-180 an, namun beliau tidak merasakan keluhan apapun sehingga tidak rutin mengonsumsi obat walaupun sudah pernah dianjurkan oleh dokter untuk minum antihipertensi. Beliau hanya minum obatnya saat hendak makan yang berlemak-lemak saja atau merasa pegal-pegal di leher dan sakit kepala.

Fenomena pasien hipertensi yang melakukan "self medication" seperti Bapak tersebut cukup banyak saya temukan. Pasien hipertensi pun seringkali menanyakan apakah obat antihipertensi harus diminum seumur hidup? Apakah darah tinggi bisa disembuhkan? Apakah jika obat tersebut dikonsumsi jangka panjang kelak akan berakibat buruk bagi ginjal? Anggapan bahwa obat-obatan  dapat merusak ginjal dalam waktu lama sudah meluas di masyarakat dan menjadikan para penderita hipertensi enggan untuk mengonsumsi obat karena khawatir ginjalnya rusak.

Bapak, Ibu, dan pembaca sekalian, kali ini saya akan mencoba memberikan sebuah penjelasan mengenai apa itu hipertensi dan berbagai hal menarik di baliknya. Semoga bermanfaat.

Sunday, June 30, 2019

Kanker Serviks dan Pentingnya Vaksin HPV

Bulan Syawal nih biasanya ramai dengan undangan pernikahan. Nah, para manten baru atau calon-calon manten di luar sana, sudah pada vaksin HPV belum? Sebenernya apa sih pentingnya vaksin HPV? Apa hubungannya sama kanker serviks ya? Check this out!

Hasil gambar untuk cervical cancer
Sumber gambar: https://www.abacare.com/blog/wp-content/uploads/2019/01/featured-image.png

Pertama kita bahas dulu soal kanker serviks yang ga bosen bosen jadi salah satu anggota tim penyebab kematian tertinggi pada wanita. Kanker serviks itu penyakit tumor ganas yang menyerang leher rahim, that's why dia ga bisa mematikan pria cz cuma wanita yang punya rahim. Nah, penyakit ini rupanya berkaitan erat dengan infeksi virus papiloma atau HPV -Human Papilloma Virus- tipe high risk.

Virus? Infeksi? Menular dong? Ya! Absolutely! HPV ditularkan melalui kontak, dan masuk ke dalam salah satu STD -sexually transmitted disease- alias IMS -infeksi menular seksual-.

Ada lebih dari 100 tipe HPV, 15 di antaranya disebut sebagai high risk karena bersifat onkogenik alias menyebabkan kanker. HPV tipe 16 dan 18 adalah anggota high risk yang paling umum, dan diperkirakan menyebabkan 70% kasus. Sisanya yang tipe low risk, bisa menyebabkan penyakit kutil kelamin (Kondiloma Akuminata) atau bahkan tidak bergejala. Perlu diingat bahwa kanker itu multifaktorial ya, jadi dari infeksi HPV sampai terjadi kanker juga dipengaruhi oleh tubuh manusianya, baik dari gen maupun kekebalan tubuhnya.(1)

Terus kalo kena kanker serviks pasti karena ketularan virus papiloma ga? Hmm, tidak juga, ada penelitian yang menemukan HPV-negative cervical cancer walaupun persentasenya kecil dan masih ada keraguan soal terjadinya negatif palsu. Dan lagi-lagi kanker itu multifaktorial ya, tapi intinya, sebagian besar kanker serviks ini disebabkan oleh infeksi HPV high risk yang ditularkan salah satunya oleh berhubungan seksual.

Gimana dong pencegahannya? Sama halnya dengan mencegah IMS atau STD lain yaitu dengan
  1. berhubungan seks secara aman, maksudnya adalah partnernya satu aja ga usah ganti-ganti apalagi jajan sembarangan, jangan ya... pastikan juga calon pasangan kamu ga suka jajan.
  2. menggunakan kondom yang dapat mencegah terjadinya kontak langsung dan menurunkan kemungkinan penularan STD
  3. spesial buat infeksi HPV kita punya VAKSIN lohh, bisa dikasi mulai usia anak-anak. WHO merekomendasikan pemberian vaksin HPV pada remaja wanita usia 9-14 tahun. Intinya waktu pemberian yang tepat adalah sebelum seorang wanita menjadi sexually active. Ada beberapa tipe vaksin HPV berdasarkan proteksinya, yaitu vaksin bivalent (protektif untuk HPV tipe 16 dan 18), quadrivalent (protektif untuk tipe 6/11/16/18) dan nonavalent (protektif untuk HPV tipe yang lebih banyak: 6/11/16/18/31/33/45/52/58) Tapi kalo kayak kita uda keburu gede n belum vaksin gimane? Vaksin ini tetap bisa memberikan proteksi atau pencegahan tapi perlu diingat ia tidak bisa mengobati infeksi yang sudah terjadi.(2)
  4. Bagi semua wanita di atas 30 tahun atau yang sudah sexually active, disarankan juga untuk rutin melakukan skrining kanker serviks dengan pemeriksaan IVA atau papsmear, mengingat banyaknya kasus kanker serviks yang terdiagnosis pada stadium lanjut alias terlambat.
Nah sekian pembahasan singkat soal Kanker Serviks dan Vaksin HPV. Jaman sekarang nyari vaksin ngga susah, datang ke RS atau laboratorium swasta juga kadang punya. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati? Semoga bermanfaat yah :)

PS: kalo aku bikin sharing kek gini lagi, topik apa gaes enaknya?

Referensi
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405852117300575
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4967374/
https://www.who.int/immunization/sage/meetings/2016/october/04_Clinical_trials_of_HPV_vaccines.pdf?ua=1 

Thursday, May 23, 2019

Devide et Impera

Hai Bung!
Iya kamu yang rame2 di Jakarta
Yang bikin rusuh sana sini
Yang bikin sibuk Pak Polisi dan TNI

Hai Sis!
Iya kamu yang sempat berpikir bahwa
Kerusuhan ini didalangi oleh nol dua
Atau oleh nol satu biar membalikkan fakta

Kawanku,
Untukmu yang demo 
dan yang resah karena demo

Ingatkah kalian?
Nusantara pernah pecah belah karena adu domba
Kompeni dengan manis membumbui setiap kata
Libas habis saja!
Tak peduli masih saudara
Demi kekuasaan yang ternyata semu belaka

Saat terpecah,
Kekuatan kita melemah,
Penjajah makin mudah menjamah,

Sadarkah kalian?
Bukan nol satu atau nol dua
Ini devide et impera!
Oleh penjajah yang entah siapa
Dan dari mana

Sekarang ini
Ada yang manggut2 menikmati tanyangan tivi
Melihat bumi pertiwi penuh emosi
"Sebentar lagi
Indonesia kuhabisi"
Gumamnya dalam hati

dss

Friday, April 26, 2019

Abortus Provokatus

Malam itu, adalah jadwal jaga malamku yang kesekian kali sebagai dokter internsip di sebuah rumah sakit swasta tipe C di kota kelahiranku. Suasana IGD tampak biasa, tidak sepi dan tidak juga crowded. Semuanya masih aman terkendali. Beberapa kali telepon IGD berdering, entah telepon dari ruangan, apotek, laboratorium, admisi, atau telepon dari Puskesmas dan Klinik yang hendak merujuk pasien ke IGD RS ini. Satu telepon berdering dengan ringtone yang cukup panjang, menandakan ini  bukan dari internal RS, kemungkinan besar adalah rujukan. Benar saja, sebuah Puskesmas dari suatu daerah di kabupaten ini hendak merujuk pasien dengan kasus...

...abortus provokatus!

Yap, aborsi disengaja yang dilakukan demi meniadakan kehamilan yang tidak diinginkan. Disebut juga abortus kriminalis karena ini adalah suatu bentuk kejahatan yang juga diatur dalam KUHP, dan berhubungan dengan hilangnya nyawa seorang calon manusia. Seorang remaja putri yang masih belum genap berusia 17 tahun, belum punya KTP, dan belum punya suami, dirujuk karena perdarahan pervaginam serta tekanan darah yang tidak kunjung naik setelah dilakukan resusitasi cairan oleh petugas kesehatan di Puskesmas.
Remaja ini tiba dalam kondisi sadar penuh, bisa diajak komunikasi, mengeluhkan dadanya sesak dan nyeri di bagian perutnya. Ia belum paham bahwa nyawanya sedang terancam karena tekanan darahnya saat itu hanya terpaut di angka 50 mmHg per palpasi setelah masuk resusitasi sebanyak 2 liter cairan intravena di Puskesmas. Aku melihat kantong urin yang tersambung dengan kateter ke saluran kemih remaja ini, sudah terpasang sejak di Puskesmas dan tampak kempis, tak ada urin melainkan hanya di bagian selang. Setelah 2000 ml cuma segini? Dear, It's not a good news.

to be continued

Wednesday, March 6, 2019

Sampai Jumpa Lagi

Kubiarkan ombak menyapa jemari kakiku, sementara jejakku terbenam di antara pasir basah. Suara kicau burung yang beradu  dengan debur ombak serta riuh canda anak nelayan turut mewarnai sore itu. Kau berdiam, mematung, memandang jauh ke ujung cakrawala. Desau angin menyibakkan setiap helai rambut yang menghiasi indah wajahmu, menerpa kegelisahan yang tampak nyata di rautmu.

"Aku harus pergi", katamu setengah berbisik sambil menelan pahit yang mencekat. Tiga kata yang kau ucap barusan memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kita. Aku bisa apa? Aku tetap memilih diam, mungkin sudah waktuku untuk melepaskanmu terbang bebas. Kata "Tetaplah tinggal" terdengar sebagai "Sampai jumpa lagi", meski aku tak tau, kapan jumpa itu bisa sampai terjadi lagi.