Wednesday, August 19, 2020

Klaim sebelum publikasi ilmiah, kebebasan pendapat yang bisa jadi bumerang

Sehubungan dengan beredarnya informasi terkait hasil penelitian uji klinis obat kombinasi COVID-19 dari Universitas Airlangga (Unair), kita patut memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada tim peneliti Unair atas capaian yang luar biasa tersebut. Di tengah perang melawan pandemi COVID-19, semua sektor negara sedang berjuang dengan keras, bahu-membahu demi melandaikan kurva angka COVID-19 dan mempertahankan stabilitas ekonomi-politik. Unair sebagai institusi pendidikan telah menunjukkan kontribusinya dalam perjuangan ini dengan melakukan penelitian uji klinis.   

Meskipun seluruh obat yang digunakan sebagai kombinasi telah rutin dipakai sebagai obat antivirus dan antibakteri, atau dengan kata lain telah ada di pasaran dan “relatif” aman, Unair telah melakukan langkah tepat yaitu melakukan uji klinis terhadap kombinasi obat dan dosis barunya. Hal ini krusial mengingat obat tetap memiliki kadar toksisitas jika mencapai dosis tertentu serta memiliki potensi interaksi dengan obat lain. Interaksi ini dapat berupa saling meniadakan efek, meningkatkan toksisitas dan efek samping, atau sebatas mengganggu penyerapan satu sama lain. Dengan dilakukannya uji klinis, kita dapat menilai efektivitas serta keamanan kombinasi obat baru.

Adapun sebagai peneliti muda yang juga tengah menempuh studi terkait COVID-19, saya tergerak oleh keingintahuan saya mengenai metode uji klinis yang dilakukan oleh tim peneliti Unair. Saya melakukan penelusuran literatur di berbagai sumber namun belum menemukan publikasi ilmiah terkait dengan uji klinis yang dimaksud. Saya juga telah mengirimkan surat elektronik kepada Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Unair, untuk meminta dengan hormat agar publikasi ilmiah uji klinis Unair dapat segera dibagikan kepada para peneliti dan masyarakat luas. Hal ini penting, mengingat di seluruh dunia, riset mengenai COVID-19 baik tentang virus penyebabnya yaitu SARS-Cov-2, perjalanan penyakitnya, serta diagnosis maupun tatalaksananya, sedang mengalami ekskalasi besar-besaran. Setiap harinya, hampir selalu ada artikel ilmiah baru yang terpublikasi. Tanpa publikasi ilmiah, temuan anak bangsa kita akan tenggelam oleh berbagai temuan dari negara lain. Tanpa publikasi ilmiah, klaim dan publikasi di media massa, oleh seorang Profesor sekalipun, tidak memiliki kekuatan apapun dan berpotensi menjadi bumerang. Tanpa publikasi ilmiah, klaim obat penyembuh tidak jauh berbeda dari iklan pengobatan alternatif yang menjanjikan kesembuhan, suatu janji yang pantang dilakukan oleh seorang dokter kepada pasiennya.

Mengapa publikasi ilmiah sangat penting? Penulisan laporan penelitian dalam artikel ilmiah merupakan satu bentuk komunikasi ilmiah yang paling dapat dipertanggung-jawabkan oleh seorang peneliti. Hal ini dikarenakan, artikel yang terpublikasi sudah melalui berbagai tahap “review” oleh peneliti lain yang kredibel, dinilai valid dari segi metode, hasil, dan berbagai parameter penilaian lainnya. Tidak jarang, artikel ilmiah yang merupakan hasil penelitian selama berbulan-bulan, ditolak langsung oleh jurnal internasional bahkan sebelum masuk review karena hasil penilaian awal yang tidak memenuhi standar.

Dari laporan uji klinis yang sudah terpublikasi di jurnal internasional sekalipun, tidak secara otomatis semuanya bisa dijadikan dasar terapi penyakit oleh seorang dokter. Seorang dokter atau klinisi harus melakukan telaah kritis saat membaca hasil penelitian uji klinis, yaitu dengan menilai validitas, signifikansi secara klinis dan statistik, reliabilitas, serta kemampulaksanaan dari hasil penelitian tersebut. Penilaian keempat parameter tersebut dilakukan dengan mencari jawaban atas beberapa pertanyaan terstruktur di laporan hasil penelitian. Sebuah hasil penelitian hanya dapat dinilai validitas, signifikansi secara klinis dan statistik, reliabilitas, serta kemampulaksanaannya ketika telah terpublikasi secara ilmiah. Tanpa publikasi ilmiah, kita tidak bisa melakukan penilaian tersebut karena metode penelitian tidak diketahui secara lengkap. Mengingat pentingnya proses telaah kritis hasil penelitian, khususnya dalam hal uji klinis yang menyangkut kesembuhan pasien, kita semua tentunya sangat berharap dapat ikut serta mengambil pelajaran dari metode hingga hasil uji klinis oleh tim peneliti Unair.

Adapun keterbukaan metode yang diharapkan dapat terjawab dari publikasi ilmiah oleh tim peneliti Unair antara lain: bagaimana izin etik dan proses rekrutmen subyek penelitian, bagaimana karakter demografis subyek penelitian, bagaimana cara melakukan randomisasi dan blinding, bagaimana manifestasi klinis subyek penelitian sebelum dan sesudah perlakuan, dan apakah peneliti sudah melakukan kontrol terhadap berbagai variabel lain yang mungkin menjadi perancu. Yang tidak kalah penting, kita juga mengharapkan laporan hasil penelitian yang jelas terkait apa saja efek samping obat yang muncul selama penelitian, berapa nilai number needed to treat kombinasi obat ini, apa saja kekurangan dan bias yang mungkin muncul dalam penelitian ini, dan banyak lagi yang karena pembatasan jumlah kata dari tulisan ini, tidak bisa saya sebutkan seluruhnya.  Keterbukaan perihal status publikasi ilmiah uji klinis ini, apakah sudah dikumpulkan ke jurnal internasional, sedang di-review, atau menunggu status publikasi, juga sangat masyarakat nantikan. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, saya memohon dengan hormat, Unair sebagai institusi pendidikan terkemuka di Indonesia, dapat membagikan akses terhadap publikasi ilmiah mengenai uji klinis obat tersebut kepada kami, para peneliti serta masyarakat dunia. Hal ini bukan karena semata-mata ingin menolak hasil penelitian karya bangsa, namun dalam rangka mengkritisi dan memenuhi tanggung jawab moral sebagai dokter dan peneliti. Dengan adanya publikasi ilmiah dari tim peneliti Unair, saya berharap para peneliti lain dapat ikut serta mengkritisi secara santun dalam forum akademis, bukan lagi perang opini di media massa. Saya juga berharap hal ini mampu membuka kesadaran kita semua akan pentingnya keterbukaan terhadap kritik dan esensi menjaga integritas yang merupakan jiwa seorang peneliti.

*) Dokter dan peneliti yang termotivasi oleh provokator penelitian yang bermakna bagi bangsa dan umat manusia: 

https://www.jawapos.com/opini/17/08/2020/inovasi-atau-terjajah-kembali/

No comments:

Post a Comment