Sunday, January 31, 2021

Corat coret tentang kita


Memutuskan menikah saat pandemi, saat masih berstatus mahasiswa PhD tingkat satu yang berdomisili di luar negeri dan saat suami berstatus kerja dengan kemungkinan mutasi ke sana kemari di seluruh penjuru negeri, bukanlah keputusan yang mudah. Bukan tanpa pertimbangan dan kekhawatiran. Tidak satu dua kali saja kami dapat pertanyaan soal bagaimana kelanjutan hubungan kami. Dari sebelum menikah dulu sampai sekarang sudah menikah pun masih sering dapat pertanyaan yang sama.

Saya dan suami pertama kali berkenalan 11 tahun lalu, saat itu dia masih berseragam putih abu dan saya putih biru. Kalau mau diceritakan bagaimana perjalanan kami sebelas tahun ke belakang mungkin bisa jadi satu buku sendiri. Teman-teman sekolah kami mungkin sudah tahu bagaimana sejarah hubungan ini tapi tidak dengan teman-teman yang baru kenal di usia kami sekarang. Ada yang bahkan bingung kapan pula kami bisa kenal padahal tidak satu kota, tidak satu bidang peminatan, tidak satu hobi dan tidak tidak lainnya.

Banyak hal yang ada di Mas Nanda yang membuat saya yakin untuk melanjutkan hubungan kami ke arah sini. Arah sini? Iya menikah, lalu tinggal berjauhan bahkan sebelum kami sampai di monthversary pertama kami. Dia yang suportif dengan cita-cita besar saya, dia yang memberi kepercayaan penuh pada saya, dia yang selalu bisa menjaga diri di apapun kondisinya dan di manapun ia berada, dia yang sederhana, penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Karakter kami berdua sangat polar, ada di kutub yang berlawanan. Saya ekstrovert dan dia introvert garis keras. Saya suka spontanitas. dia suka planing jelas. Saya menikmati proses adaptasi sementara dia memikirkan adaptasi sebagai suatu hal yang perlu waktu dan effort sedemikian besar. Saya perasa dan dia pemikir. Saya suka percepatan dan dia suka alon-alon pokok kelakon. Saya suka seni dan dia lebih memilih berpikir keras di depan papan catur atau mengerjakan soal matematika adiknya dibanding saya ajak sedikit saja berseni. Di era covid di mana negara kita pernah bersitegang harus memilih apakah ekonomi atau kesehatan yang diselamatkan, disitu juga kami berpihak di kutub yang berbeda. Dia ekonom dan saya dokter, sudah jelas ke arah mana perdebatan kami berujung. Tapi perdebatan itu tidak menjauhkan kami, justru menjadikan kami berpikir lebih luas bahwa di dunia manusia itu berbeda-beda pendapat dan preferensinya. Kalau kata orang, kami saling melengkapi.

Terimakasih kami ingin ucapkan kepada line, whatsapp, instagram, dan zoom yang sering menjadi tempat kami bertukar pesan, kepada JCOM dan telkom Speedy yang memberikan koneksi, serta perangkat telepon pintar dan laptop yang menampilkan gambar sekaligus menyuarakan perasaan kami yang terpisah jarak ini. Teknologi mendekatkan kami yang berbeda satu jam zona waktu GMT. Kami sadar, setiap keluarga punya tantangannya masing-masing. Manusiawi memang jika seseorang melihat rumput tetangga lebih hijau, namun kami memilih untuk menghias taman rumput kami dengan warna yang berbeda. Kapal sudah berlayar dan kami sudah menetapkan tujuan serta peran kami masing-masing. Kemudi nahkoda dia yang pegang, tapi menjaga kapal ini tetap tegar dihadang ombak kehidupan hingga sampai ke tujuan adalah tanggung jawab kami bersama.




Osaka-Manado
2021