ini yang part dua, semoga bermanfaat.... :)
1. PENDAHULUAN
Acute kidney injury atau AKI merupakan kelainan ginjal yang dalam 15 tahun terakhir ini meningkat insidensinya. Dalam upaya mendiagnosis, perlu ditentukan etiologi, tahapan penyakit, dan komplikasinya. Sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat guna menentukan tatalaksana yang sesuai dan menyeluruh. Adapun tatalaksana AKI yang holistik adalah mencakup tatalaksana etiologi, pencegahan penurunan fungsi lebih jauh, terapi cairan dan nutrisi, serta tatalaksana terhadap komplikasi secara konservatif maupun tindakan bedah yaitu mengganti ginjal.1 Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai tatalaksana nutrisi dan komplikasi dari AKI.
2. PEMBAHASAN
2.1 Tatalaksana Nutrisi
Ginjal merupakan organ yang normalnya selalu mendapat pasokan zat sisa metabolisme dari tubuh. Zat sisa ini sebagian tentunya merupakan hasil metabolisme dari makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada pasien AKI, organ ginjal yang seharusnya dapat membuat zat sisa tersebut terganggu fungsinya, sehingga dapat menyebabkan akumulasi zat sisa tersebut di dalam tubuh. Oleh karena itu, selain harus mencari tatalaksana etiologi, penting juga untuk mengetahui tatalaksana nutrisi guna mendapat hasil terapi yang menyeluruh.
Kebutuhan nutrisi pasien AKI sangat tergantung pada penyakit dasar dan komorbid yang ada.1 Manajemen nutrisi pada pasien AKI harus mempertimbangkan kerusakan metabolisme yang terjadi.2 DrumI pada tahun 2005 menyatakan sebuah klasifikasi pemberian nutrisi pasien AKI berdasarkan status katabolisme, berikut tabelnya.1
Tabel 1. Klasifikasi dan Kebutuhan Nutrisi Pasien AKI (dimodifikasi)
Sumber: Sinto R, Nainggolan G. Acute kidney injury: pendekatan klinis dan tata laksana. Maj Kedokt Indon. 2010 February;60(2):81-8.
Karena belum terlalu banyak studi yang membahas efek dari nutrisi pada makna klinis, rekomendasi untuk manajemen nutrisi pada AKI lebih banyak datang dari para ahli. Berikut rangkumannya:2
1. Total energy intake 20-30 kkal/kgBB/hari pada pasien dengan semua stage AKI
Perubahan metabolisme pada pasien AKI sebenarnya merupakan komorbid akut sekaligus komplikasi. Konsumsi energi tidak naik akibat AKI, energy expenditure dari pasien dengan gagal multiorgan pun tidak lebih dair 130% nutrisi pada saat istirahat.2
2. Intake protein 0,8 – 1,0 g/kgBB/hari untuk AKI non katabolik, 1,0-1,5 g/kgBB/hari untuk pasien AKI yang tidak di terapi pengganti ginjal, dan maksimal 1,7 g/kgBB/hari pada pasien dengan terapi pengganti ginjal terus menerus, dan pada pasien hiperkatabolik.
Pada pasien yang dalam kondisi sakit kritis, seringkali ditemukan hiperkatabolisme portein akibat inflamasi, stres dan asidosis. Sehingga, pasien dengan AKI lebih tinggi risiko terkena malnutrisi. Tujuan manajemen nutrisi adalah untuk menyuplai kecukupan protein untuk mempertahankan keseimbangan metabolisme.2
3. Pemberian makanan lebih baik menggunakan rute enteral.
Meskipun pemberian makanan secara enteral akan lebih sulit pada pasien AKI akibat gangguan gerakan gastrointestinal dan penurunan absorpsi nutrien oleh edema usus, provisi dari nutrisi melalui gut atau usus dapat membantu mempertahankan integritas usus, menurunkan kemungkinan atrofi, dan menurunkan translokasi endotoksin bakteri. Namun, karena pada AKI, risiko terjadi perdarahan gastrointestinal juga tinggi maka harus dipertimbangkan juga proses pemberian dan jenis sediaannya. 2
2.2 Tatalaksana Komplikasi
Komplikasi AKI dapat dikelola secara konservatif maupun dengan terapi pengganti ginjal. Tatalaksana konservatif untuk AKI dapat dilihat pada tabel berikut ini:1
Tabel 2. Tatalaksana Konservatif Komplikasi AKI1
Sumber: Sinto R, Nainggolan G. Acute kidney injury: pendekatan klinis dan tata laksana. Maj Kedokt Indon. 2010 February;60(2):81-8.
Pengelolaan komplikasi dengan dilakukannya terapi pengganti ginjal diindikasikan pada keadaan oligouria, anuria, hiperkalemia, (K>6,5 mEq/liter), asidosis berat (pH <7,1), azotemia (ureum>200 mg/dl), edema paru, ensefalopati uremikum, perikarditis urenikum, neuropati atau miopati uremikum, disnatremia berat (Na>160 mEq/liter atau <115 mEq/liter), hipertermia, kelebihan dosis obat yang dapat didialisis.1
3. PENUTUP
Tatalaksana AKI lebih bertujuan pada mencegah progresifitas penyakit dan perlu dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh agar tujuan tersebut dapat tercapai.
4. REFERENSI
1. Sinto R, Nainggolan G. Acute kidney injury: pendekatan klinis dan tata laksana. Maj Kedokt Indon. 2010 February;60(2):81-8.
2. International Society of Nephrology. Kidney international supplements: KDIGO clinical practice guideline for acute kidney injury. 2012 March;2(1):42-4.
No comments:
Post a Comment