1. PENDAHULUAN
Kondisi hamil menyebabkan berbagai
perubahan struktur dan fisiologi tubuh seorang wanita. Perubahan ini merupakan
bentuk adaptasi dengan adanya fetus yang terus tumbuh dan berkembang di dalam
uterus. Perubahan terjadi di hampir seluruh sistem tubuh wanita hamil, termasuk
sistem urinaria dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dalam perjalanannya,
seorang wanita hamil dapat mengalami edema pada bagian-bagian tubuhnya,
termasuk ekstremitas bawah seperti dalam kasus pemicu 2 kali ini. Adapun
penyebab dari terjadinya edema tersebut dapat bersifat fisiologis maupun
patologis.
2. PEMBAHASAN
Perubahan fisiologis wanita hamil
Metabolisme
Sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan energi yang
signifikan sekaligus konsekuensi dari peningkatan sekresi berbagai hormon
seperti tiroksin, hormon adrenokortikal, dan hormon seks, wanita hamil
melakukan metabolisme yang lebih banyak dan intens hingga mencapai kenaikan
15%. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi pertambahan energi seorang wanita hamil
yang jika dibandingkan saat tidak hamil dapat mencapai 300 kkal.1,2
Metabolisme
air
Pada masa kehamilan, peningkatan retensi air merupakan
suatu perubahan fisiologis yang normal. Wanita hamil membutuhkan minimum 6,5
liter untuk isi dari uterus, payudara, dan penambahan volume darahnya. Retensi
ini sedikit di bantu oleh penurunan osmolalitas plasma sekitar 10 mOsm/kg BB
dengan pengaturan ulang threshold osmotik
untuk rangsang haus dan sekresi ADH.2
Hematologi
Volume darah wanita naik sekitar 30% ketika hamil.
Peningkatan ini terjadi akibat adanya peningkatan aldosteron dan estrogen saat
hamil untuk meningkatkan retensi cairan. Selain itu, sumsum tulang juga menjadi
lebih aktif dalam memproduksi tambahan eritrosit seiring dengan pertambahan
volume cairan.1 Adapun kondisi hipervolemia ini penting untuk:2
1.
Memenuhi kebutuhan pembesaran uterus dengan sistem vaskularnya yang
hipertrofi
2.
Melindungi ibu dan fetus melawan efek merugikan dari sistem balik vena yang
terganggu pada posisi terlentang dan berdiri
3.
Menjaga ibu dari kemungkinan kehilangan banyak darah saat partus
Sistem
Urinaria
Pada wanita hamil terdapat kenaikan aliran darah ke
ginjal dan juga GFR sekitar 50%. Di samping itu, pada tubulus renal, kapasitas
reabsorpsi dari natrium, klorida, dan air meningkat sebagai konsekuensi dari
produksi hormon steroid oleh plasenta dan korteks adrenal. Hal inilah yang
turut membantu retensi cairan bagi wanita hamil.2,4
Mengapa dapat terjadi edema pada
ekstremitas bawah ibu hamil?
Edema seringkali terjadi pada ekstremitas bawah wanita
hamil. Hal ini disebabkan oleh
menurunnya arus balik darah vena akibat vena cava inferior yang terkompresi
oleh pertumbuhan janin. Penurunan arus balik tersebut mengakibatkan adanya
akumulasi cairan di bagian bawah tubuh apalagi jika wanita hamil berdiri dalam
waktu lama. Selain itu, pada masa kehamilan juga terjadi penurunan tekanan
osmotik koloid interstisial akibat dari meningkatnya volume cairan ekstrasel.
Dengan adanya penurunan tekanan osmotik interstisial, maka osmosis akan lebih
mudah terjadi menuju ke daerah interstisial. Hal ini yang kemudian menyebabkan
terjadinya edema yang umumnya terjadi pada tahap akhir kehamilan.2,3
Kondisi patologis yang
berhubungan dengan edema pada ibu hamil
Pre
eklampsia
Sekitar 5 hingga 7% wanita hamil mengalami peningkatan
tekanan darah arteri secara mendadak hingga ke level hipertensi (>140/90
mmHg) pada beberapa bulan terakhir kehamilan. (Harrison) Hal ini dihubungkan
dengan terjadinya proteinuria (>300 mg/hari). Kondisi yang disebut preeklampsia
ini ditandai dengan retensi air dan garam berlebih oleh ginjal, hipertensi
mendadak, proteinuria, sakit kepala, dan edema yang bersifat general. Terjadi
penurunan GFR dan aliran darah ke ginjal. (Tortora, Guyton) Adapun penyebab
dari preeklampsia masih terus diteliti. Ada yang menyatakan bahwa preeklampsia
disebabkan oleh sekresi plasenta dan hormon adrenal yang berlebih. Adapula yang
menyatakan bahwa preeklampsia merupakan suatu bentuk autoimunitas atau alergi
terhadap keberadaan fetus. Pendapat lain yang cukup kuat nilai evidence-nya adalah kurangnya suplai
darah ke plasenta sehingga meningkatkan pelepasan zat fms-like tyrosine kinase 1 dari plasenta yang menimbulkan disfungsi
pada endotel vaskular, hipertensi, dan proteinuria. (Harrison, Guyton) Hal
tersebut kemudian mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, retensi air
dan garam yang berlebih, dan peningkatan tekanan darah.1
Adapun faktor risiko terjadinya preeklampsia adalah
riwayat preeklampsia, usia wanita hamil yang terlalu tua (>35 tahun) atau
terlalu muda (<15 tahun), obesitas, mutasi faktor V Leiden dan/atau gen
angiotensinogen T235, sindrom antibodi antifosfolipid, serta kehamilan ganda
atau kembar.4
Wanita hamil bisa saja kejang hingga mengalami koma yang
berujung pada kematian. Hal ini disebut eklampsia. Kejadian ini seringkali
terjadi menjelang partus. Meskipun sangat mematikan, wanita dengan eklampsia
masih mungkin diselamatkan jika dengan segera dilakukan terapi vasodilatasi dan
terminasi kehamilan dengan operasi cesar.1
Kelainan
ginjal
Pada kehamilan yang normal, terjadi
peningkatan GFR dan creatinine clearance.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari peningkatan aliran darah ke ginjal dan
tekanan filtrasi glomerular. Bagian glomerulus dan kapilernya inilah yang
seringkali menjadi subjek dari berbagai kelainan baik akut maupun kronik pada
ginjal. Adapun sindrom glomerulopatik yang menyerang glomerulus ini terdiri
atas: sindrom nefritik akut, glomerulonefritis dengan progres cepat, sindrom
nefrotik, dan glomerulonefritis kronik. Mayoritas penyakit ini dapat ditemukan
pada wanita muda dan mereka yang sedang hamil.2
1. Acute nephritic syndrome dan rapidly
progressive glomerulonephritis
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, satu di antaranya
adalah preeklampsia-eklampsia.
Glomerulonefritis ditandai dengan onset hematuria dan proteinuria yang
mendadak, diikuti oleh ketidakmampuan ginjal dalam retensi garam dan air
sehingga terjadi edema, hipertensi, dan kongesti sirkulasi. Penyakit ini
nantinya berujung pula pada kerusakan ginjal tahap akhir atau gagal ginjal.2
2. Nephrotic syndrome
Sindrom nefrotik sangat khas dengan proteinurianya. Penyebabnya dapat
beraneka ragam dan beberapa sama dengan sindrom nefritik. Adapun sindrom
nefrotik ditandai dengan proteinuria hebat yaitu hingga 3 gram/hari,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Prognosis dari komplikasi sindrom
nefrotik ini bagi ibu dan fetus sama-sama tergantung pada penyebab terjadinya
dan kemampuan ginjal untuk bertahan.2
3. Chronic glomerulonephritis
Kelainan ini ditandai dengan kerusakan ginjal yang progresif pada suatu
periode dan berujung pada gagal ginjal (ESRD-end stage renal disease). Pasien umumnya asimptomatik, proteinuria,
anemia, dan kreatinin tinggi.2
Masih
terdapat banyak lagi kelainan ginjal yang dapat ditemui pada wanita hamil baik
yang terjadi karena infeksi maupun dari tubuh wanita itu sendiri. Intinya,
kemunculan bengkak pada ekstremitas bawah dari wanita hamil terjadi akibat
gangguan transport cairan dalam tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi di
atas.
3. PENUTUP
Edema pada ibu hamil dapat bersifat
fisiologis maupun patologis. Kebanyakan memang fisiologis, namun hal ini juga
sebaiknya tidak diabaikan karena pada kondisi hamil banyak terjadi perubahan
pada tubuh sehingga seringkali menyebabkan kebingungan dalam interpretasi hasil
pemeriksaan.
4. REFERENSI
1.
Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2006. p. 1034-2.
2.
Cunningham FG, Williams JW. Williams obstetrics. 23rd ed. New
York: McGraw-Hilll; 2010. p.
3.
Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed.
Asia: John Wiley & Sons; 2011. p. 1205-1.
4.
Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL.
Harrison’s principles of internal medicine. 16th ed. New York:
McGraw-Hill; 2005. p. 32-6.
No comments:
Post a Comment