Friday, February 14, 2014

Edema Kaki Ibu Hamil

1.         PENDAHULUAN
            Kondisi hamil menyebabkan berbagai perubahan struktur dan fisiologi tubuh seorang wanita. Perubahan ini merupakan bentuk adaptasi dengan adanya fetus yang terus tumbuh dan berkembang di dalam uterus. Perubahan terjadi di hampir seluruh sistem tubuh wanita hamil, termasuk sistem urinaria dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dalam perjalanannya, seorang wanita hamil dapat mengalami edema pada bagian-bagian tubuhnya, termasuk ekstremitas bawah seperti dalam kasus pemicu 2 kali ini. Adapun penyebab dari terjadinya edema tersebut dapat bersifat fisiologis maupun patologis.


2.         PEMBAHASAN
Perubahan fisiologis wanita hamil
Metabolisme
Sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan energi yang signifikan sekaligus konsekuensi dari peningkatan sekresi berbagai hormon seperti tiroksin, hormon adrenokortikal, dan hormon seks, wanita hamil melakukan metabolisme yang lebih banyak dan intens hingga mencapai kenaikan 15%. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi pertambahan energi seorang wanita hamil yang jika dibandingkan saat tidak hamil dapat mencapai 300 kkal.1,2
Metabolisme air
Pada masa kehamilan, peningkatan retensi air merupakan suatu perubahan fisiologis yang normal. Wanita hamil membutuhkan minimum 6,5 liter untuk isi dari uterus, payudara, dan penambahan volume darahnya. Retensi ini sedikit di bantu oleh penurunan osmolalitas plasma sekitar 10 mOsm/kg BB dengan pengaturan ulang threshold osmotik untuk rangsang haus dan sekresi ADH.2
Hematologi
Volume darah wanita naik sekitar 30% ketika hamil. Peningkatan ini terjadi akibat adanya peningkatan aldosteron dan estrogen saat hamil untuk meningkatkan retensi cairan. Selain itu, sumsum tulang juga menjadi lebih aktif dalam memproduksi tambahan eritrosit seiring dengan pertambahan volume cairan.1 Adapun kondisi hipervolemia ini penting untuk:2
1.      Memenuhi kebutuhan pembesaran uterus dengan sistem vaskularnya yang hipertrofi
2.      Melindungi ibu dan fetus melawan efek merugikan dari sistem balik vena yang terganggu pada posisi terlentang dan berdiri
3.      Menjaga ibu dari kemungkinan kehilangan banyak darah saat partus
Sistem Urinaria
Pada wanita hamil terdapat kenaikan aliran darah ke ginjal dan juga GFR sekitar 50%. Di samping itu, pada tubulus renal, kapasitas reabsorpsi dari natrium, klorida, dan air meningkat sebagai konsekuensi dari produksi hormon steroid oleh plasenta dan korteks adrenal. Hal inilah yang turut membantu retensi cairan bagi wanita hamil.2,4
Mengapa dapat terjadi edema pada ekstremitas bawah ibu hamil?
Edema seringkali terjadi pada ekstremitas bawah wanita hamil. Hal  ini disebabkan oleh menurunnya arus balik darah vena akibat vena cava inferior yang terkompresi oleh pertumbuhan janin. Penurunan arus balik tersebut mengakibatkan adanya akumulasi cairan di bagian bawah tubuh apalagi jika wanita hamil berdiri dalam waktu lama. Selain itu, pada masa kehamilan juga terjadi penurunan tekanan osmotik koloid interstisial akibat dari meningkatnya volume cairan ekstrasel. Dengan adanya penurunan tekanan osmotik interstisial, maka osmosis akan lebih mudah terjadi menuju ke daerah interstisial. Hal ini yang kemudian menyebabkan terjadinya edema yang umumnya terjadi pada tahap akhir kehamilan.2,3
Kondisi patologis yang berhubungan dengan edema pada ibu hamil
Pre eklampsia
Sekitar 5 hingga 7% wanita hamil mengalami peningkatan tekanan darah arteri secara mendadak hingga ke level hipertensi (>140/90 mmHg) pada beberapa bulan terakhir kehamilan. (Harrison) Hal ini dihubungkan dengan terjadinya proteinuria (>300 mg/hari). Kondisi yang disebut preeklampsia ini ditandai dengan retensi air dan garam berlebih oleh ginjal, hipertensi mendadak, proteinuria, sakit kepala, dan edema yang bersifat general. Terjadi penurunan GFR dan aliran darah ke ginjal. (Tortora, Guyton) Adapun penyebab dari preeklampsia masih terus diteliti. Ada yang menyatakan bahwa preeklampsia disebabkan oleh sekresi plasenta dan hormon adrenal yang berlebih. Adapula yang menyatakan bahwa preeklampsia merupakan suatu bentuk autoimunitas atau alergi terhadap keberadaan fetus. Pendapat lain yang cukup kuat nilai evidence-nya adalah kurangnya suplai darah ke plasenta sehingga meningkatkan pelepasan zat fms-like tyrosine kinase 1 dari plasenta yang menimbulkan disfungsi pada endotel vaskular, hipertensi, dan proteinuria. (Harrison, Guyton) Hal tersebut kemudian mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, retensi air dan garam yang berlebih, dan peningkatan tekanan darah.1
Adapun faktor risiko terjadinya preeklampsia adalah riwayat preeklampsia, usia wanita hamil yang terlalu tua (>35 tahun) atau terlalu muda (<15 tahun), obesitas, mutasi faktor V Leiden dan/atau gen angiotensinogen T235, sindrom antibodi antifosfolipid, serta kehamilan ganda atau kembar.4
Wanita hamil bisa saja kejang hingga mengalami koma yang berujung pada kematian. Hal ini disebut eklampsia. Kejadian ini seringkali terjadi menjelang partus. Meskipun sangat mematikan, wanita dengan eklampsia masih mungkin diselamatkan jika dengan segera dilakukan terapi vasodilatasi dan terminasi kehamilan dengan operasi cesar.1
Kelainan ginjal
            Pada kehamilan yang normal, terjadi peningkatan GFR dan creatinine clearance. Hal ini terjadi sebagai akibat dari peningkatan aliran darah ke ginjal dan tekanan filtrasi glomerular. Bagian glomerulus dan kapilernya inilah yang seringkali menjadi subjek dari berbagai kelainan baik akut maupun kronik pada ginjal. Adapun sindrom glomerulopatik yang menyerang glomerulus ini terdiri atas: sindrom nefritik akut, glomerulonefritis dengan progres cepat, sindrom nefrotik, dan glomerulonefritis kronik. Mayoritas penyakit ini dapat ditemukan pada wanita muda dan mereka yang sedang hamil.2
1.      Acute nephritic syndrome dan rapidly progressive glomerulonephritis
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, satu di antaranya adalah preeklampsia-eklampsia.  Glomerulonefritis ditandai dengan onset hematuria dan proteinuria yang mendadak, diikuti oleh ketidakmampuan ginjal dalam retensi garam dan air sehingga terjadi edema, hipertensi, dan kongesti sirkulasi. Penyakit ini nantinya berujung pula pada kerusakan ginjal tahap akhir atau gagal ginjal.2
2.      Nephrotic syndrome
Sindrom nefrotik sangat khas dengan proteinurianya. Penyebabnya dapat beraneka ragam dan beberapa sama dengan sindrom nefritik. Adapun sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria hebat yaitu hingga 3 gram/hari, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Prognosis dari komplikasi sindrom nefrotik ini bagi ibu dan fetus sama-sama tergantung pada penyebab terjadinya dan kemampuan ginjal untuk bertahan.2
3.      Chronic glomerulonephritis
Kelainan ini ditandai dengan kerusakan ginjal yang progresif pada suatu periode dan berujung pada gagal ginjal (ESRD-end stage renal disease). Pasien umumnya asimptomatik, proteinuria, anemia, dan kreatinin tinggi.2
Masih terdapat banyak lagi kelainan ginjal yang dapat ditemui pada wanita hamil baik yang terjadi karena infeksi maupun dari tubuh wanita itu sendiri. Intinya, kemunculan bengkak pada ekstremitas bawah dari wanita hamil terjadi akibat gangguan transport cairan dalam tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi di atas.

3.         PENUTUP
            Edema pada ibu hamil dapat bersifat fisiologis maupun patologis. Kebanyakan memang fisiologis, namun hal ini juga sebaiknya tidak diabaikan karena pada kondisi hamil banyak terjadi perubahan pada tubuh sehingga seringkali menyebabkan kebingungan dalam interpretasi hasil pemeriksaan.

4.         REFERENSI
1.      Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier; 2006. p. 1034-2.
2.      Cunningham FG, Williams JW. Williams obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hilll; 2010. p.
3.      Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. Asia: John Wiley & Sons; 2011. p. 1205-1.

4.      Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s principles of internal medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill; 2005. p. 32-6.

No comments:

Post a Comment