Friday, December 27, 2013

Patogenesis, Patofisiologi, dan Manifestasi Feces Berbau Busuk

Oleh : Dianita Susilo Saputri (1206207533)

I. Pendahuluan

Feces merupakan sisa makanan yang telah mengalami proses pencernaan dan tidak diabsorpsi sehingga dikeluarkan dari tubuh melalui proses defekasi. Karena merupakan residu pencernaan yang juga telah mengalami proses pembusukan di usus besar, feces umumnya berbau khas. Namun, bau ini pada kondisi tertentu dapat menjadi sangat busuk misalnya jika terjadi malabsorpsi akibat infeksi oleh parasit atau mikroba tertentu.

II. Pembahasan

Feces yang berbau busuk dapat terjadi akibat adanya malabsorpsi.1,2,3 Sebagian sumber menyatakan bahwa pada seseorang dengan feces berbau busuk, terjadi malabsorpsi karbohidrat dan protein sehingga produk yang tidak terserap tersebut difermentasi oleh bakteri yang ada di dalam usus dan timbullah bau busuk.1 Sumber lain menyatakan bahwa bau busuk ini disebabkan oleh malabsorpsi lemak yang menjadikan feces berminyak dan berbau busuk.2,3 Sindrom malabsorpsi ini dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit yang dapat berkaitan baik dengan defek digesti intraluminal, abnormalitas sel mukosa primer, penurunan area permukaan usus halus, obstruksi limfatik, maupun infeksi. Adapun yang paling sering menyebabkan malabsorpsi adalah insufisiensi pankreas, penyakit celiac, dan penyakit crohn.4

· Insufisiensi pankreas terjadi akibat pankreatisis kronik atau cystic fibrosis yang terkait dengan defek digesti intraluminal.4 Karena keterbatasan sarana untuk mencerna inilah makanan yang seharusnya diabsorpsi masih dalam bentuk yang belum siap diserap sehingga terjadi malabsorpsi yang secara patofisiologi akan menimbulkan bau busuk pada feces.

· Penyakit celiac merupakan penyakit kronik di mana terdapat ciri khas lesi mukosa usus halus dan absorpsi nutrien yang terganggu. Penyakit ini disebabkan oleh sensitivitas penderita terhadap gluten, protein gandum yang tidak larut air tapi larut alkohol. Pada biopsi jaringan dapat terlihat adanya diffuse enteritis dengan adanya atrofi atau kehilangan keseluruhan vilus intestinal.4

· Berbeda dengan insufisiensi pankreas dan penyakit celiac, penyakit crohn merupakan salah satu bagian dari inflammatory bowel disease di samping kolitis ulseratif. IBD masih dipertanyakan etiologinya, namun setidaknya dapat dibedakan bahwa penyakit crohn dapat terjadi di seluruh traktus gastrointestinal sedangkan kolitis ulseratif hanya terbatas pada kolon saja.3

Penyebab lain dari terjadinya malabsorpsi sehingga feces berbau busuk adalah adanya infeksi pada saluran cerna.4 Infeksi yang dapat menyebabkan feces berbau busuk salah satunya adalah parasit Giardia lamblia yang menyebabkan giardiasis.5 Mekanisme Giardia dapat menyebabkan diare kronik dan malabsorpsi masih belum banyak didefinisikan. Mayoritas berhubungan dengan kerusakan mukosa dengan mekanisme yang mungkin terjadi, yaitu perlukaan secara langsung oleh tropozoit yang melekat pada brush border, pelepasan produk parasit seperti proteinase atau lektin, dan inflamasi mukosa yang berhubungan dengan aktivasi sel T dan pelepasan sitokin. Mekanisme lain yang menyebabkan malabsorpsi adalah adanya bacterial overgrowth dan dekonjugasi garam empedu yang menghambat kerja enzim hidrolitik pankreas.6 Adapun tanda awal dari Giardiasis adalah nausea yang kemudian diikuti oleh diare encer dan berbau busuk. Feces yang berhubungan dengan infeksi Giardia biasanya banyak, berbusa, berminyak, tanpa darah dan mukus. Gangguan gastrointestinal lain yang juga mungkin dijumpai adalah flatulensi, kembung, anorexia, dan kram. Infeksi giardia juga dapat menyebabkan defisiensi laktase sehingga penderitanya dapat mengalami intoleransi laktosa.7

Selain infeksi Giardia, mikroba lain seperti Clostridium difficile juga dapat menyebabkan feces berbau busuk. Clostridium difficile merupakan bakteri anaerob obligat yang di dalam usus menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan diare dan kolitis pseudomembranosa.5,8 Adapun patogenesis dari infeksi bakteri ini adalah setelah spora toksigeniknya tertelan manusia dan lolos dari keasaman sekret lambung, ia akan tumbuh di usus halus, dan melakukan kolonisasi di saluran cerna bawah serta menghasilkan dua jenis toksin yaitu toksin A yang enterotoksin dan toksin B yang sitotoksin. Toksin tersebut menginisiasi proses perusakan barier sel epitel di usus, diare dan pembentukan pseudomembran.5 Dengan demikian, infeksi Clostridium difficile dapat menyebabkan feces berbau busuk.

Sumber lain menyebutkan bahwa bakteri seperti Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella, serta virus seperti rotavirus dan Norwalk virus juga dapat menyebabkan diare dengan bau busuk.10 Infeksi virus pada sistem gastrointestinal baik itu rotavirus maupun Norwalk virus, keduanya menginvasi dan merusak sel epitel yang matur di tengah bagian apeks vilus intestinal sehingga menyebabkan penurunan absorpsi natrium dan air dari lumen usus. Patogenesis hingga menjadi berbau busuk intinya adalah sama, yaitu terdapat malabsorpsi di usus. Sementara itu, untuk Escherichia coli yang memiliki banyak strain atau varietas dalam spesiesnya, patologinya pun berbeda-beda. Enteropathogenic E. coli atau EPEC tidak memproduksi toksin, tetapi menempel pada dinding usus dan menginjeksikan faktor bakteri ke sel host dan menyebabkan perubahan glikokaliks pada sel epitel usus halus (merusak mikrovili). Berbeda dengan EPEC, Enterotoxigenik E. coli atau ETEC berkoloni di usus halus dan memproduksi toksin mirip kolera (heat labile) dan heat stable toxin. Keduanya menstimulasi sekresi klorida oleh sel host sehingga terjadilah diare. Sedangkan EAEC atau Enteroaggregative E. coli memiliki 3 tahap yaitu: penempelan ke mukosa, meningkatkan produksi mukus sehingga terbentuk biofilm, lalu elaborasi sitotoksin yang merusak sel intestinal.11

Dua bakteri lain penyebab feces berbau busuk adalah Shigella dan Salmonella. Shigella merupakan bakteri yang cukup kuat menahan keasaman sekret lambung sehingga setelah masuk via oral ia dapat langsung menuju usus dan bervirulensi di sana. Shigella menempel ke dinding intestinal, berpenetrasi, dan setelah invasi, Shigella melakukan multiplikasi intrasel dan menyebar secara langsung dari sel satu ke sel lain dan menhasilkan kerusakan jaringan. Beberapa strainnya memproduksi enterotoxin (racun Shiga). Berbeda dengan Shigella, Salmonella cukup sensitif dan dapat dibunuh oleh asam lambung, karenanya dibutuhkan Salmonella dalam jumlah besar untuk dapat menghasilkan sakit, tidak seperti Shigella yang sedikit saja sudah bisa menyebabkan sakit. Ketika Salmonella lolos dari keasaman lambung, ia akan menempel ke sel epitel usus halus dan kolon. Bakteri ini akan menginjeksikan protein bakteri dan menyebabkan sel host memakannya. Hebatnya adalah, sel ini mampu bereplikasi di dalam sel host dan kemudian menyebabkannya lisis. Setelah lisis mereka akan keluar ke lingkungan ekstrasel dan masuk ke limfa atau aliran darah dan menyebabkan infeksi sistemik.11

III. Penutup

Feces berbau busuk dapat disebabkan oleh berbagai etiologi seperti insufisiensi pankreas, penyakit celiac, penyakit crohn, dan infeksi berbagai mikroba diantaranya Giardia lamblia, Clostridium difficile, Escherichia coli, Shigella, dan Salmonella.

IV. Referensi

1. Yamada T. Principles of clinical gastroenterology. 1st ed. Chichester: John Wiley & Sons Ltd; 2008. p. 333.

2. Longo DL, Fauci AS. Harrison’s gastroenterology and hepatology. 1st ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p. 50.

3. McPhee SJ, Hammer GD. Pathophysiology of disease: an introduction to clinical medicine. 6th ed. China: McGraw-Hill; 2010.

4. Kumar V, Abbas A, Fausto N. Robbins and cotran’s pathologic basis of disease. 7th ed. Philadelphia: Saunders; 2005.

5. Guandalini S. Diarrhea clinical presentation [series on the internet]. 2013 [updated 2013 Oct 14; cited 2013 December 11]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/928598-clinical#showall

6. Farthing MJG. Pathogenesis of giardiasis. 1993. Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. (87) p.17-4. [series on the internet] cited 2013 December 11. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/003592039390531T

7. Bartlett JG, Gerding DN. Clinical recognition and diagnosis of Clostridium difficile infection. [series on the internet] cited 2013 December 11. Available from: http://cid.oxfordjournals.org/content/46/Supplement_1/S12.full

8. No author. Intestinal protozoa. [series on the internet] cited 2013 December 11. Available from: http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/intes.html

9. Rupnik M. Clostridium difficile: Pathogenesis, diagnosis, and treatment. [series on the internet] cited 2013 December 11. Available from: https://www.escmid.org/escmid.../material/?mid...‎

10. Tomulet L. What are the causes of foul-smelling diarrhea? 2010. [series on the internet] cited 2013 December 11. Available from: http://www.livestrong.com/article/229267-what-are-the-causes-of-foul-smelling-diarrhea/

11. No author. Infections and intoxications of the intestines diseases. [series on the internet] cited 2013 December 11. Available from: http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/lecture/gi4.htm

No comments:

Post a Comment