Friday, September 20, 2013

Perkembangan Psikososial

Alhamdulillah sudah masuk PBL 3 dan saatnya untuk diskusi lagi... Kali ini, saya punya tulisan tentang Perkembangan Psikososial. Ini cuma sharing yaaa, semoga bermanfaat :)

1. Pendahuluan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Proses tumbuh kembang manusia yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa, berdasarkan lamanya dapat digolongkan menjadi dua fase yaitu fase cepat dan lambat. Fase cepat terjadi pada masa gestasi, balita, dan pubertas. Sementara fase lambat adalah saat anak usia 4 tahun hingga sebelum pubertas dan masa dewasa muda. Pertumbuhan terjadi secara fisik atau biologis, ditandai dengan bertambahnya ukuran akibat bertambahnya jumlah sel dan zat antarsel. Sementara perkembangan yang lebih mengacu pada perubahan fisiologis terjadi dalam berbagai aspek, antara lain: motorik kasar dan halus, kognitif, bicara dan bahasa, serta emosi dan perilaku yang berkaitan dengan perkembangan psikososial.

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Psikososial merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Karena itulah perkembangan psikososial sangat erat dengan perkembangan emosi dan tingkah laku.1

2. Isi

A. Perkembangan Psikososial


Menurut Erikson, perkembangan psikososial dapat digolongkan pada beberapa tahapan. Tahapan pertama dari perkembangan psikososial anak adalah tumbuhnya basic trust atau kepercayaan yang berkembang pada periode infant (0-18 bulan).1,2 Tahap ini merupakan tahap paling fundamental dari kehidupan.2 Kepercayaan tersebut berkembang saat bayi belajar bahwa kebutuhan mereka yang mendesak itu sangat sering terjadi. Keberadaan orang dewasa yang selalu dapat memenuhi kebutuhan tersebut menimbulkan kelekatan antara keduanya.1 Misalnya, ketika ia merasa lapar dan ingin makan namun belum bisa melakukannya sendiri. Bayi akan menangis dan ketika orang tua datang untuk memberikan makanan untuknya, ketegangan yang muncul saat ia menangis akan menghilang.1 Hal tersebut akan membangun kepercayaan anak dan jika berhasil akan membuatnya merasa aman di dunia ini. Berbeda dengan yang gagal, misalnya karena orang tua yang tidak konsisten, emosional, atau menolak, anak akan cenderung untuk mistrust. Ia akan selalu ketakutan dan percaya bahwa dunia ini tidak pernah konsisten.2


Tahapan kedua dimulai pada periode early childhood yang disebut sebagai Autonomy vs. Shame and Doubt. Tahap ini fokus pada perkembangan anak dalam aspek kontrol personal.2 Belajar untuk mengatur fungsi tubuhnya akan menimbulkan perasaan independen. Proses yang cukup penting dalam tahap ini adalah latihan untuk ke toilet sendiri. Jika berhasil melewati tahap ini, anak akan merasa aman dan percaya diri, sementara apabila gagal, anak akan merasa ragu-ragu pada diri sendiri.2

Tahap ketiga disebut sebagai initiative vs. guilt. Tahap ini terjadi pada periode prasekolah di mana anak mulai untuk memaksakan kekuatan mereka dan mengatur dunianya melalui bermain dan interaksi sosial lainnya. Anak yang berhasil akan mampu untuk memimpin yang lain, sementara yang gagal akan seringkali merasa bersalah, ragu pada diri sendiri, dan kurang inisiatif.2

Tahap keempat mulai pada periode sekolah awal yaitu usia 5 sampai 11 tahun. Tahap ini disebut juga industry vs. inferiority. Melalui interaksi sosial, anak mulai untuk mengembangkan rasa bangga pada prestasi dan kemampuannya. Jika berhasil melalui tahap ini, anak akan merasa kompeten dan percaya akan kemampuan yang dimilikinya. Sementara apabila anak gagal karena hanya sedikit menerima dorongan dari orang tua, guru, maupun temannya, akan meragukan kemampuannya sendiri untuk bisa sukses.2

Tahap kelima adalah identity vs. confusion, terjadi pada periode remaja. Pada masa ini, anak akan menggali independensinya. Jika dalam masa ini, anak menerima dorongan motivasi yang kuat, ia akan lolos dari tahap ini dan memiliki kontrol independensi yang baik serta rasa percaya diri. Sementara yang gagal, akan merasa bingung dengan dirinya sendiri dan masa depannya kelak.2

Tahap selanjutnya terjadi pada masa dewasa muda yaitu intimacy vs. isolation. Pada tahap ini seseorang akan mulai menggali hubungan personal. Dilanjutkan dengan tahap generarity vs. stagnation yang terjadi di masa dewasa. Pada tahap ini seseorang akan fokus pada karir dan keluarga. Mereka yang berhasil melalui tahap ini akan merasa memiliki kontribusi pada dunia dengan aktif dalam rumah dan komunitas. Sementara itu, bagi mereka yang gagal, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.2

Tahap terakhir adalah integrity vs. despair. Tahap perkembangan yang terjadi di masa tua ini fokus pada refleksi kehidupan. Orang yang berhasil dalam tahap ini akan merasa bangga atas pencapaiannya selama hidup. Sedangkan bagi yang gagal merasa bahwa hidupnya telah terbuang sia-sia.2

B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikososial

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bisa jadi menghambat atau menunjang berlangsungnya perkembangan tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial adalah nutrisi.3 Nutrisi sangat penting untuk perkembangan tidak hanya psikososial tetapi juga perkembangan lainnya. Anak dengan malnutrisi biasanya akan mengalami gangguan pada perkembangannya, bahkan lebih rentan terhadap kematian bilamana sama-sama terserang suatu penyakit.3

Selain faktor nutrisi yang kurang, disebutkan pula bahwa keluarga dengan pendapatan rendah akan memberikan dampak negatif pada perkembangan psikososial anak.4 Adapun yang menghubungkan keduanya antara lain: faktor komunitas, single-parenting, usia ibu melahirkan terlalu muda, tingkat pendidikan ibu rendah, depresi ibu, rokok, keracunan timbal, malnutrisi, dan lain-lain. Hal-hal tersebut berpengaruh pada neurokognitif anak sehingga selain mengganggu perkembangan fisik, juga psikososialnya.4

3. Penutup

Perkembangan psikososial anak hingga dewasa memiliki tahapan tertentu yang apabila seseorang berhasil melaluinya akan menjadi pribadi yang baik sementara apabila terjadi kegagalan yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, akan mengakibatkan munculnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Saunders: Elsevier; 2004.

2. Anonymous. Psychosocial development in infancy and early childhood. [series on the internet] cited 2013 September 17. Avalable from: http://www.childrenfirstfs.org/Documents/Psychosocial%20Development%20in%20Infancy%20and%20Early%20Childhood.pdf

3. Atkinson SA. Nutrition and its impact on psychosocial child development: Perspective on preterm infants. Encyclopedia on Early Childhood Development. [series on the internet] cited 2013 September 17. Available from: http://www.child-encyclopedia.com/pages/pdf/atkinsonangxp-breastfeeding.pdf

4. Weitzman M. Low income and its impact on psychosocial child development. Encyclopedia on Early Childhood Development. [series on the internet] cited 2013 September 17. Available from: http://www.child-encyclopedia.com/documents/WeitzmanANGxp.pdf

No comments:

Post a Comment