Tuesday, April 14, 2020

PANDEMI COVID-19 (Coronavirus Disease 2019)

Tulisan ini juga dimuat di 


COVID-19 adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh
virus Corona tipe SARS-CoV-2. Sebagian besar virus Corona menyebabkan infeksi virus ringan yang dapat sembuh sendiri. Namun, terdapat 3 jenis virus Corona yang pernah mewabah dan dapat menyebabkan kematian yaitu: SARS-CoV yang menyebabkan SARS pada tahun 2002 dengan menginfeksi 8.098 orang; MERS-CoV yang menyebabkan MERS tahun 2012 yang menginfeksi 2.494 orang; dan SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 dengan total kasus pertanggal 15 Maret 2020 adalah 156.116 orang. Di Indonesia, terdapat 96 kasus positif, 8 orang sembuh, dan 5 orang meninggal dunia.1



Jumlah kasus COVID-19 yang tinggi memiliki sisi negatif dan positif sekaligus. Sisi negatifnya adalah bahwa penyakit ini sangat mudah menular antar-manusia, padahal, penularannya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pola hidup sehat masih kurang. Adapun sisi positifnya adalah kesadaran berobat masyarakat sudah lebih baik. Tanpa kesadaran yang baik, cakupan deteksi kasus tidak akan seluas ini. Semakin banyak kasus yang terdeteksi maka semakin banyak yang ditangani. Kemajuan teknologi diagnosis penyakit yang semakin canggih dan cepat menjadikan deteksi kasus semakin mudah. Di samping itu, kemajuan teknologi informasi turut memudahkan akses dan komparasi data dari seluruh dunia.
Angka kematian COVID-19 relatif rendah (3%) jika dibandingkan SARS (9%), MERS (34%), TBC (12%), dan ebola (50%).2 Angka 3% berarti didapatkan 3 orang meninggal dunia dari 100 orang yang terinfeksi. Namun, angka kematian COVID-19 menjadi relatif meningkat pada kelompok tertentu misalnya orang dengan penyakit pemberat lain seperti diabetes melitus, kanker, dll. Tugas kita adalah menekan laju penularan agar kelompok rentan terlindung dari ancaman kematian akibat COVID-19. Di samping itu, perlu kita ingat bahwa 3% di komunitas memang kecil secara angka, namun meninggalnya seseorang akan menjadi 100% kehilangan nyawa seorang anggota keluarga. Kita memang harus waspada, tetap berempati, namun tidak terlampau cemas.
WHO mengklasifikasikan wabah COVID-19 ke dalam pandemi, artinya menyerang beberapa negara/benua dan umumnya melibatkan banyak orang. Kemajuan teknologi transportasi membuat mobilisasi manusia tidak terbatas. Sulit untuk melakukan isolasi satu wilayah karena dapat bersinggungan dengan kepentingan politik dan ekonomi. Di sisi lain, sangat mudah bagi penyakit infeksi dengan gejala ringan untuk menjadi pandemi selama ada penularan antar-manusia. Seseorang yang mengalami infeksi ringan bisa tetap masuk kerja atau bepergian lintas negara. Berbeda dengan penyakit yang bergejala berat atau mematikan, di mana penderita umumnya tidak mampu melakukan banyak aktivitas oleh karena kondisi kesehatannya sendiri. Kita harus bijak menanggapi pandemi. Tingkatkan kewaspadaan, bukan justru kepanikan. Masifnya penggunaan media sosial dan informasi yang menyajikan berita menakutkan terkait COVID-19 justru membuat infodemi lebih mengancam ketentraman dunia dibandingkan pandemi itu sendiri.
Sebagai masyarakat, kita dapat berperan aktif dalam menekan laju penularan COVID-19 yaitu dengan menjaga pola hidup sehat. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, melakukan olahraga rutin, makan dalam jumlah cukup dan bergizi seimbang, menjaga kebersihan lingkungan, rutin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, dan segera memeriksakan diri jika merasa kurang sehat adalah poin-poin penting yang perlu diaplikasikan. Jika batuk/bersin, gunakan masker sekali pakai dengan benar, yaitu menutupi hidung dan mulut. Jika tidak ada masker, gunakan tisu untuk menutup hidung dan mulut lalu buang ke tempat sampah tertutup, diikuti dengan menyuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak ada tisu, gunakan sisi dalam lengan atas untuk menutup hidung dan mulut saat batuk/bersin. Batasi agenda yang melibatkan banyak orang atau mengunjungi tempat ramai. Jika merasa kurang sehat, sebaiknya setelah memeriksakan diri, tetap mengisolasi diri di rumah. Hentikan share info yang tidak jelas referensinya. Hentikan menimbun barang terutama masker. Masker hanya diperuntukkan bagi orang yang sakit dan bagi para tenaga kesehatan di situasi tertentu. Jika masker tidak terjangkau, bukan tidak mungkin kita bersebelahan dengan pasien yang kehabisan masker. Prinsipnya adalah, berebut pasti kurang, berbagi pasti cukup!
Bagi tenaga kesehatan, saatnya mengencangkan ikat pinggang. WHO dan Kementerian telah membuat panduan menghadapi wabah COVID-19. Setiap fasilitas kesehatan harus mengkaji panduan tersebut serta membuat algoritma khusus yang secara teknis sesuai dengan kondisi lapangan, termasuk bagaimana menjaring pasien suspek, telusur kontak, langkah diagnosis, rujukan, pengiriman spesimen, serta tatalaksana dan isolasi pasien. Pelaporan kasus juga penting sebagai bahan pembelajaran, serta dasar penentuan kebijakan selanjutnya.
Pemerintah dituntut membentuk kebijakan yang konkret, taktis, tidak sekedar meredam kepanikan namun juga meningkatkan kewaspadaan. Pemerataan fasilitas kesehatan di 17.000 pulau Indonesia bukan hal yang mudah, namun harus selalu diusahakan. Menjaga garda terluar negeri dengan memperketat imigrasi dan skrining di bandara/pelabuhan juga harus dipastikan terlaksana dengan optimal. Kebijakan teleworking, belajar di rumah bagi siswa, hingga lock-down daerah terdampak sebaiknya dipertimbangkan lebih lanjut demi menjaga keselamatan kelompok yang rentan.
Media harus lebih bijak dalam mengolah dan menyajikan informasi. Mohon tidak memotong informasi penting demi judul bombastis, hanya untuk keperluan klik dari pembaca. Bagikan informasi yang benar dan konstruktif, bukan hasil framing atau hoax yang destruktif. Media dan masyarakat juga harus bisa lebih menghargai privasi. Data diri pasien bukanlah objek pemberitaan. Menjaga kerahasiaan pasien menjadi sulit karena dinding privasi yang kini semakin transparan.
Kita semua patut prihatin dengan munculnya pandemi COVID-19, namun jangan lupa untuk tetap bersyukur. Dengan adanya wabah, kampanye pola hidup bersih dan sehat menggaung di seluruh dunia. Semoga perilaku hidup sehat dapat senantiasa dipertahankan.



Referensi
1.        Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University. [internet] cited on 2020 March 15. Available on: https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6
2.        Walls AC, Park YJ, Tortorici MA, Wall A, McGuire AT, Veesler D. Structure, function, and antigenicity of the SARS-CoV-2 spike glycoprotein. [internet] cited on 2020 March 14. Available on: https://www.cell.com/cell/fulltext/S0092-8674(20)30262-2?dgcid=raven_jbs_aip_email

No comments:

Post a Comment