Setelah berbulan-bulan blog ini berdebu dan bersarang laba-laba akibat jarang dikunjungi, di Bulan Agustus ini akhirnya aku memutuskan untuk kembali membuka lembarannya, menyapu dan membersihkan semua debu ini agar bisa dibaca lagi oleh pembaca... Sampailah pada hari di mana aku mengunjungi blog-blog favoritku *bisa dilihat di kanan bawah blog ini
Ternyata sudah hampir setahun dapat tag Liebster Award dari Mbak Retno.
Sunday, August 16, 2015
Monday, August 10, 2015
Malaikat Tanpa Sayap
Saat seseorang terlahir di dunia, ia tak pernah memilih untuk lahir sebagai apa, siapa, dan di mana. Apakah ia laki-laki atau perempuan, apakah ia anak pengemis atau anak pejabat, apakah ia lahir di rumah bersalin ataukah justru di toilet dan ditelantarkan ibunya karena perkara yang tak bisa masuk akal...
Kita sejatinya adalah sperma ayah dan ovum ibu kita yang berfusi, melakukan suatu reaksi, penyatuan kromosom-kromosom, pemisahan kromosom, membelah, berkembang dan hidup hingga lahir dan tumbuh lalu mati. Aku terlahir sebagai perempuan. Aku di awal tak lebih dari sperma X ayahku yang oleh Tuhan diberi kesempatan menembus barier korona radiata dan zona pellucida ovum ibuku, sementara sperma lain tidak bisa menembusnya. Ya, akulah pemenang itu.
Kita sejatinya adalah sperma ayah dan ovum ibu kita yang berfusi, melakukan suatu reaksi, penyatuan kromosom-kromosom, pemisahan kromosom, membelah, berkembang dan hidup hingga lahir dan tumbuh lalu mati. Aku terlahir sebagai perempuan. Aku di awal tak lebih dari sperma X ayahku yang oleh Tuhan diberi kesempatan menembus barier korona radiata dan zona pellucida ovum ibuku, sementara sperma lain tidak bisa menembusnya. Ya, akulah pemenang itu.
Sebenarnya aku lebih ingin bercerita tentang masa setelah itu semua terjadi. Masa di mana aku ada di dalam surga yang begitu tenang dan nyaman.
Masa di mana pasti semua orang yang terlahir di dunia juga pernah mengalaminya. Entah ia lahir sebagai apa, siapa, dan di mana...
Sebelum aku bisa menghirup udara gratis lewat hidungku ini, aku hidup di surga. Di surga itu, aku berenang dalam lautan yang hangat. Aku tak pernah merasa lapar sedikitpun karena makanan selalu tersedia kapanpun aku mau. Aku juga tak perlu membuang energi untuk menggerakkan otot-otot pernapasanku karena aku sudah mendapatkan suplai oksigen yang cukup, langsung ke setiap sel dalam tubuhku. Aku bisa mendengar meskipun sekelilingku gelap. Sesekali aku mendengar sayup alunan Qur'an yang indah... gemercik air,,, lagu-lagu merdu... Aku bisa merasakan getaran yang terjadi namun amat halus dan tak sedikitpun melukaiku. Aku sangat menikmatinya dan tak pernah terpikir oleh ku untuk meninggalkan surga itu. Namun, tibalah aku di suatu masa,,,,
Suatu ketika, aku merasa ada yang aneh, seperti ada yang menekanku dari sekeliling. Aku bicara pada Tuhanku apa yang sebenarnya terjadi. Kata-Nya ini adalah saatnya aku pergi ke dunia lain di luar sana. Dunia itu ada untuk mengujiku sebelum bertemu lagi dengannya nanti. Aku takut, kurasakan tekanan yang makin hebat dari sekelilingku. Begitu kuat, seperti mendorongku untuk pergi dari surga. Aku tak mau Tuhan! Aku suka di dalam surga! Biarkan aku di dalam sini!!!!! Teriakku, memohon.
Dorongan itu makin kuat dan hebat, aku pun terdorong, ada sedikit celah dan sepertinya itu satu-satunya jalanku keluar. Surga seperti sudah tak menginginkanku lagi. Dengan sulit dan terpaksa aku keluar lewat celah itu. Sakit, badanku yang besar ini harus melewati celah kecil yang begitu ketat. Aku bisa merasakan kompresi di seluruh bagian tubuhku, mulai dari kepala, hingga di dada yang membuat nafasku tercekat dan begitu sesak. Aku pun berusaha membebaskan diri dari jerat lubang kecil itu dengan menjejakkan kakiku yang tiba-tiba saja begitu kuat mendorong. Seketika itulah aku berhasil melalui celah itu. Tak tertahankan, aku langsung merasakan dingin yang menjalar di seluruh tubuhku.
Dingin, berisik, terang, kering... Dunia apa ini?! Aku tak suka. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku pun terpaksa bernapas karena aku menangis. Aku protes pada Tuhan... Ujiannya sangat berat! Aku bertanya apakah dosaku sampai aku dikeluarkan dengan paksa dari surga.. Aku tak sanggup, Tuhan!!! Aku terus menangis, berteriak, hingga akupun merasa lapar. Di dunia ini tak seperti di surga yang selalu ada makanan dan membuat perutku selalu kenyang. Aku pun semakin menangis karena lapar...
Dingin, berisik, terang, kering... Dunia apa ini?! Aku tak suka. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku pun terpaksa bernapas karena aku menangis. Aku protes pada Tuhan... Ujiannya sangat berat! Aku bertanya apakah dosaku sampai aku dikeluarkan dengan paksa dari surga.. Aku tak sanggup, Tuhan!!! Aku terus menangis, berteriak, hingga akupun merasa lapar. Di dunia ini tak seperti di surga yang selalu ada makanan dan membuat perutku selalu kenyang. Aku pun semakin menangis karena lapar...
Di tengah kekacauanku saat itu, aku justru mendengar suara tawa dan sedikit isak tangis. Sambil mengerjapkan kedua mataku yang silau terkena cahaya, aku bisa merasakan kehadiran makhluk lain di sekitarku. Aku belum bisa melihat dengan jelas. Sekelebat setelah itu, dengan tangisku yang masih menderu memenuhi tempat itu, aku merasakan tubuhku terangkat oleh sesuatu. Rasanya seperti tangan makhluk itu menyentuhku dengan lembut, meletakkanku tengkurap di atas permukaan yang begitu lembut dan hangat. Ku dengar suara adzan di telingaku, dilantunkan begitu indah dengan selingan tarik napas yang sedikit terisak. Aku pun menghentikan tangisku, aku mencoba mempelajari apa yang tengah terjadi dan di mana aku saat itu. Rupanya di situlah aku bisa mulai menggunakan mulutku, yang secara refleks involunter mencari sesuatu yang bisa ku makan. Di saat itulah aku mulai minum dan mengisi perutku. Aku berterimakasih pada Tuhan karena aku bisa terhindar dari kelaparan ini dan merasakan setidaknya rasa hangat menyelimuti tubuhku. Aku butuh waktu cukup lama hingga tersadar bahwa aku tengah ada di atas tubuh makhluk Tuhan yang tengah mendekapku. Mengelus kepala hingga badan dan jemariku. Yang aku kagetkan adalah ternyata ia yang barusaja memberiku makanan hingga aku kenyang.
Dengan mataku yang masih baru bisa melihat di jarak 30 cm aku mencoba mencari tahu siapakah ia, makhluk yang punya bentuk tubuh sama sepertiku tapi ukurannya jauh lebih besar. Ku lihat parasnya, ia cantik sekali dengan sejuta senyum di wajahnya itu. Ya Tuhan inikah malaikat penjagaku di dunia ini? Begitu elok bahkan lebih cantik dari malaikat yang pernah kutemui di surga. Malaikatku menciumku, mengelusku dengan penuh kasih sayang. Seketika sedihku hilang berganti senang dan nyaman yang kurasakan juga di hari-hariku yang berikutnya. Aku senang malaikatku selalu bersamaku, menjagaku, mengajakku berbicara, memberiku makan, memandikanku... Sungguh Ya Tuhan, nikmatmu begitu besar... Untuk kali ini, bolehkah aku meminta satu hal lagi, aku ingin bisa berbicara padanya ya Tuhan, agar bisa kusampaikan sajakku yang satu ini untuk malaikatku yang begitu patuh padamu untuk menjagaku dengan baik...
Wahai malaikatku
Tuhan begitu baik telah mengirimkan engkau untukku
Di dunia yang begitu mengerikan ini
Aku senang bisa bersamamu
Kau selalu melindungiku dan menjauhkanku dari segala bahaya
Kau mengajariku cara berterimakasih kepada Tuhan,
cara mengingat-Nya, cara untuk bertemu dengan-Nya
Wahai malaikatku
Apakah aku akan tumbuh sebesar dirimu?
Apakah kelak aku juga bisa sepertimu?
Menjadi malaikat untuk makhluk kecil lain yang baru datang ke dunia
Wahai malaikatku
Aku pernah memprotes Tuhan karena Ia mengeluarkanku dari surga-Nya
Tapi kini aku tau itu adalah hal terbaik karena aku bisa bertemu denganmu di dunia ini
Wahai malaikatku
Terimakasih banyak atas kesediaanmu menjadi malaikatku
Tentu aku tak akan bisa membalas kebaikanmu meski segiat apapun aku berusaha
Tapi aku bisa meminta Tuhan untuk memberikan balasan terbaik untukmu
Aku akan berdoa pada-Nya
Aku akan memintakan kebahagiaan untukmu
Dan aku yakin Ia adalah Tuhan yang menyayangi makhluk-Nya
Ia akan mengabulkan doaku untukmu
Wahai malaikat tanpa sayap-ku
Dengan mataku yang masih baru bisa melihat di jarak 30 cm aku mencoba mencari tahu siapakah ia, makhluk yang punya bentuk tubuh sama sepertiku tapi ukurannya jauh lebih besar. Ku lihat parasnya, ia cantik sekali dengan sejuta senyum di wajahnya itu. Ya Tuhan inikah malaikat penjagaku di dunia ini? Begitu elok bahkan lebih cantik dari malaikat yang pernah kutemui di surga. Malaikatku menciumku, mengelusku dengan penuh kasih sayang. Seketika sedihku hilang berganti senang dan nyaman yang kurasakan juga di hari-hariku yang berikutnya. Aku senang malaikatku selalu bersamaku, menjagaku, mengajakku berbicara, memberiku makan, memandikanku... Sungguh Ya Tuhan, nikmatmu begitu besar... Untuk kali ini, bolehkah aku meminta satu hal lagi, aku ingin bisa berbicara padanya ya Tuhan, agar bisa kusampaikan sajakku yang satu ini untuk malaikatku yang begitu patuh padamu untuk menjagaku dengan baik...
Wahai malaikatku
Tuhan begitu baik telah mengirimkan engkau untukku
Di dunia yang begitu mengerikan ini
Aku senang bisa bersamamu
Kau selalu melindungiku dan menjauhkanku dari segala bahaya
Kau mengajariku cara berterimakasih kepada Tuhan,
cara mengingat-Nya, cara untuk bertemu dengan-Nya
Wahai malaikatku
Apakah aku akan tumbuh sebesar dirimu?
Apakah kelak aku juga bisa sepertimu?
Menjadi malaikat untuk makhluk kecil lain yang baru datang ke dunia
Wahai malaikatku
Aku pernah memprotes Tuhan karena Ia mengeluarkanku dari surga-Nya
Tapi kini aku tau itu adalah hal terbaik karena aku bisa bertemu denganmu di dunia ini
Wahai malaikatku
Terimakasih banyak atas kesediaanmu menjadi malaikatku
Tentu aku tak akan bisa membalas kebaikanmu meski segiat apapun aku berusaha
Tapi aku bisa meminta Tuhan untuk memberikan balasan terbaik untukmu
Aku akan berdoa pada-Nya
Aku akan memintakan kebahagiaan untukmu
Dan aku yakin Ia adalah Tuhan yang menyayangi makhluk-Nya
Ia akan mengabulkan doaku untukmu
Wahai malaikat tanpa sayap-ku
Subscribe to:
Posts (Atom)