Friday, July 12, 2013

Cerita Ramadhanku (1)

Hari ini aku menyempatkan diri untuk mampir ke Pondok Bustanul Ulum, Gebang, Jember. Pondok ini dikelola oleh guru SMPku, Pak Aris dan Ibu Yati yang sungguh luar biasa. Sudah lama aku tidak berkunjung karena kesibukan kuliahku di Jakarta. Aku senang hari ini bisa datang, sekaligus mengantarkan kawanku yang satu ini, datang jauh-jauh dari rumahnya [yang kalau naik darat mungkin tak cukup sehari saja] demi memenuhi dahaganya akan ilmu. Lantas aku teringat sebuah hadis yang sedikit banyak bisa dibilang kontroversial *tapi aku tak membahasnya di sini)

"Uthlubul 'ilma wa lau bissiin"
"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China"
Ya walaupun zaman sekarang ini tidak perlu sampai ke China kita juga bisa menuntut ilmu dengan kecanggihan teknologi yang ada, hadis ini menunjukkan pentingnya menuntut ilmu sejauh apapun itu.

Aku salut akan tekadnya yang begitu besar hingga pergi sejauh ini hanya untuk belajar selama Ramadhan.

Aku menemui Pak Aris dan mengenalkan kawanku pada
beliau. Kemudian ditunjukkannya padaku, Pondok Putri yang selama ini aku belum tahu. Oleh beliau aku dikenalkan kepada santriwati di sana. Senangnya dapat teman baru, ^^ mereka yang saat itu ada di sana adalah: Lia, Eva, Fida, dan Fira. Mereka memiliki asal yang berbeda-beda, Lia dari Blitar, Eva dari Banyuwangi, Fida dari Kencong, dan Fira dari Gumukmas. Lia sudah kuliah, ia menempuh jurusan Agribisnis di UT dan akan memasuki semester 3, sama sepertiku. Sedangkan Fida, Fira, dan Eva bersekolah di SMK Analis Kesehatan Jember. Mereka terlihat kompak meskipun sering bertengkar karena sesuatu yang kecil atau sekedar saling 'ngiloki'. Lia yang paling dewasa selalu menjadi pelerai yang bijak.

Sore itu mereka, santriwati yang sholehah ini memasak sayur bening bayam dan menggoreng tempe serta tahu. Tak lupa mengulek sambal dan membuat minuman segar [marimas rasa cincau yang dicampur rasa jeruk *rasanya nggak bisa dibayangkan, cuma bisa dicobain pakai lidah*] untuk berbuka puasa. Ternyata sudah tradisi di Pondok ini, mereka juga memasakkan untuk para ikhwan di Pondok Putra. Alangkah manisnya hidup ini, mereka saling berbagi, yang wanita memasak bagi yang laki-laki.

Adzan Magrib berkumandang, kami semua menyambut riang. *bisa dibilang aku numpang makan nih, haha^^ Berdoa bersama, lantas meneguk segelas marimas rasa jeruk cincau yang segar luar biasa itu, mengingatkanku bahwa Allah telah memberikan nikmat yang tak terkira padaku. Menu makanan sederhana yang telah dimasak Eva dan teman-teman mengingatkanku akan sayur bayam yang kubuat kemarin dan diejek ibuku gara-gara kurang asin. ^^ Tapi hal itu membuatku belajar, nikmat makan bersama orang-orang seperti Lia yang hidup di sederhana di Pondok ini tak kan bisa ku beli. Bagaimana aku mengunyah setiap butir nasi yang disiram kuah sayur bayam dan sepotong tempe gurih berhias sambal pedas ini begitu kunikmati. Sempat kubayangkan bagaimana jika gigiku sedang sakit, lidahku mati rasa, atau semua berasa pahit, atau aku tak bisa menelan, dan dengan segera kubuang jauh-jauh bayangan itu, tak ingin semuanya terjadi padaku. Hal itulah yang seringkali aku lupakan, ketika aku mencicipi makanan seperti ini sementara di pikiranku terngiang menu makanan enak seperti ayam goreng atau sapi bakar, aku pasti tak akan mau makan. Padahal apa yang kita punya, belum tentu besok masih bersama kita. Karena semuanya ada di tangan Allah SWT. Hari ini, mungkin Ia membiarkan kita menikmati indahnya langit berbalut cahaya Ramadhan, entah esok, lusa, atau Ramadhan tahun depan, kita semua tak ada satupun yang mengetahuinya kecuali Dia Yang Maha Mengetahui.

Special matur nuwun to: Pak Aris, Kawanku yang mengantarkanku kembali ke Pondok ini, Lia, Eva, Fira, Fida for the special amazing breakfast ini :D

No comments:

Post a Comment