A. Pendahuluan
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetilsalisilat,
merupakan asam lemah organik yang sering digunakan sebagai obat analgesik,
antipiretik, dan antiinflamasi. Keberadaanya di dalam tubuh akan mempengaruhi
proses biokimia tubuh, dan proses dalam tubuh pun juga akan mempengaruhi nasib
obat tersebut. Farmakokinetik adalah salah satu aspek farmakologi yang
menggambarkan nasib obat dalam tubuh yang meliputi proses absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi atau eliminasi obat.1,2
B. Isi
Farmakokinetik Obat
Sebelum masuk ke dalam efek farmakokinetik, obat harus masuk
ke dalam tubuh kita melalui tahapan yang disebut dengan administrasi. Pemasukan atau administrasi obat ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang umumnya tergantung pada tujuan terapinya. Cara
pemasukan obat yang utama adalah secara enteral (lewat oral atau sublingual)
dan parenteral (lewat langsung sistem sirkulasi atau otot). Namun ada juga
cara-cara lain seperti inhalasi, intraventrikular, intranasal, topikal,
transdermal dan rektal.2
Setelah obat masuk ke dalam tubuh, obat tersebut harus
ditransfer ke dalam aliran darah agar masuk ke sistem sirkulasi untuk dapat
dialirkan ke target kerja obat tersebut. Proses ini dinamakan absorpsi. Absorpsi obat dipengaruhi
oleh jalur administrasi obat dan akan berhubungan dengan bioavailabilitasnya. Bioavailabilitas adalah rasio banyaknya
obat yang berhasil masuk ke dalam sistem sirkulasi dengan jumlah obat yang
berhasil masuk ketika administrasi.2 Ketika proses absorpsi
berlangsung, obat tersebut harus melalui banyak barrier sel bermembran sehingga
ada kemungkinan obat terdegradasi dan bioavailabilitasnya sama atau kurang dari
100%.
Setelah terabsorpsi, obat tentunya harus didistribusikan
dan memerlukan alat transportasi agar dapat sampai ke targetnya (sel, jaringan,
dan interstisial). Distribusi ini tergantung pada aliran darah, permeabilitas
kapiler, afinitas obat terhadap reseptornya, dan hidrofobisitas obat.2
Dalam proses transpornya yang melalui membran-membran sel, obat akan
tertransfer melalui difusi pasif atau transpor aktif.
Obat yang masuk dalam tubuh akan mengalami reaksi-reaksi
metabolisme baik untuk aktivasi obat tersebut maupun untuk mengubahnya ke
bentuk yang mudah untuk dieliminasi (biotransformasi).
Organ utama yang berperan dalam proses ini adalah hati di mana terdapat enzim
sitokrom P450 yang akan mengubah obat menjadi bentuk metabolitnya.2,3
Namun ada juga obat yang dimetabolisme di ginjal dan usus.2
Terdapat
dua fase dalam metabolisme obat3:
1.
Fase 1 (Reaksi
nonsintetik) à Obat mengalami
oksidasi/reduksi/hidrolisis/alkilasi/ dealkilasi menjadi bentuk
aktif/inaktif/yang mudah dieliminasi
2.
Fase 2 (Reaksi
sintetik) à Obat mengalami
konjugasi (penggabungan dengan molekul lain) agar lebih polar dan mudah
dieliminasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme suatu obat
dalam tubuh3:
§
Induksi enzim, dapat
meningkatkan biotransformasi obat
§
Inhibisi enzim,
menghambat biotransformasi sehingga bioavailabilitas meningkat dan efek menjadi
lebih besar dan lebih lama
§
Kompetisi antar obat
§
Polimorfisme
genetik, kecepatan metabolisme seseorang bisa jadi berbeda dengan orang lain.
Setelah mengalami metabolisme, metabolit obat akan
diekskresikan keluar tubuh. Organ ekskresi utamanya adalah ginjal, dan didukung
oleh alat ekskresi lainnya seperti empedu, usus, paru-paru dan ASI pada ibu
menyusui.
Farmakokinetik Aspirin
Setelah aspirin masuk ke tubuh melalui administrasi
oral, salisilat yang belum terionisasi
akan diabsorpsi secara pasif dari lambung dan usus halus. Pemberian secara
rectal jarang dilakukan karena absorpsinya lambat. Administrasi rektal hanya
untuk anak-anak yang muntah apabila diberi lewat oral. Namun, pemberian aspirin
kepada anak yang mengalami flu, cacar, atau penyakit dengan serangan virus
lainnya sebaiknya dihindari karena diduga dapat menimbulkan sindrom Reye.2,4
Untuk kelarutannya, aspirin akan lebih mudah larut dengan pH yang sedikit
tinggi seperti pada usus.2 Aspirin dapat melewati sawar darah otak
dan plasenta. Aspirin juga dapat diserap melalui kulit, contohnya pada
penggunaan metil salisilat secara topikal.2 Metabolisme aspirin terjadi
di hati. Asam asetilsalisilat dihidrolisis (deasetilisasi) oleh esterase menjadi
asam salisilat yang memiliki efek antipiretik, analgesik dan antiinflamasi.
Kemudian obat tersebut dikonjugasikan dengan glisin dan asam glukouronik
sehingga dapat diekskresikan melalui urin.
C. Penutup
Aspirin sebagai anggota dari obat AINS (Anti Inflamasi
Non Steroid) di dalam tubuh akan mengalami proses absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eliminasi sebagai suatu proses kesatuan yang disebut
farmakokinetik.
1. Fajriani. Pemberian Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) pada Anak. Indonesian Journal of Dentistry. 2008; 15; 200-204.
1. Fajriani. Pemberian Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) pada Anak. Indonesian Journal of Dentistry. 2008; 15; 200-204.
2. Finkel R, Clark MA,
Cubeddu LX. Lippincott’s Illustrated Reviews Pharmacology. 4th ed. Wolters
Kluwer; 2009.
3. Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika). [serial on the
internet] cited 2013 February 28th. Available from: http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/pharmacokinetics-bw.pdf
4. Rusli BH. Sindroma Reye: Dari Etiologi Hingga
Penatalaksanaan. [serial on the internet] cited 2013 March 3. Available from: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/141/pdf
No comments:
Post a Comment