Sunday, July 8, 2012

Sepucuk Surat yang Tak Pernah Sampai

Ini sebuah cerpen yang kutulis sendiri. Aku menggunakan sudut pandang orang pertama, menceritakan seorang anak perempuan yang mengagumi sosok lelaki pujaannya yang telah menguatkannya dan menghidupkan hari-harinya. Namun, rupanya cinta tak berpihak pada mereka. Perpisahan, itulah yang justru dihadapi oleh dua orang yang ‘pernah’ tak disangka saling mencintai itu. Aku juga tidak tahu mengapa aku memilih judul itu, tapi inilah ekspresiku, biarlah ia mengalir seperti air


Cinta itu apasih? Bagiku cinta adalah perasaan bahagia saat dia ada dan tengah diliputi kebahagiaan. Bagiku, cinta itu perasaan sedih saat melihatnya tersedih dan terluka. Cinta itu perasaan sayang, dan tak ingin jauh darinya, selalu bahagia jika ia dekat dan menganggapmu ada. Itulah deskripsi cinta yang selama ini kupahami. Dengan begitu, aku bisa menyimpulkan, aku sedang jatuh cinta...
Namaku Rosa, seorang anak perempuan yang baru lulus SD dan sekarang bersekolah di SMP yang letaknya tepat di tengah kota kelahiranku. Di SMP itu aku masuk di kelas 7 D, bersama dengan beberapa sahabatku sejak SD. Aku berharap, di sini aku bisa menemukan hidupku, petualanganku dan cerita yang menarik hingga bisa kuceritakan pada siapapun nanti.
Aku punya seorang kakak kelas, yang dalam cerpen ini akan kuceritakan kisahku dengannya. Dia itu senior Pramuka di sekolahku. Aku tahu pertama kali tentangnya sejak ikut Camp, kemah Pramuka yang wajib diikuti oleh semua siswa baru kelas 7 di sekolahku. Namanya Kak Rano dari kelas 8 C. Kesan pertamaku tentangnya adalah : ‘ganteng’. [Oke, maklum anak ABG labil]
Saat diadakan Camp, para siswa baru dalam kelompoknya pasti diberikan angket, siapa saja senior ter-ter-ter-Aha’. Waktu ada angket kakak Pramuka terganteng, aku harus mengalah dari teman-temanku satu regu buat milih Kak Rano sebagai Kakak Pramuka Terganteng. Pasalnya menurut teman-temanku, yang terganteng itu Kak Rezza, sahabat Kak Rano yang membantu mendirikan tenda regu kami kemarin sore. Ya sudah, karena suaraku kalah, untukku sendiri saja gantengnya Kak Rano :D
Itulah saat-saat pertamaku jumpa dengannya. Aku hanya menilai saja, Kak Rano dari luar seperti itu adanya. Seorang cowok yang tinggi, berwajah bersih dan kulitnya terang. Penampilannya pun selalu rapi tidak seperti anak SMP labil yang suka meniru-niru gaya orang lain. Aku suka. *.*
Beberapa waktu setelah Camp, aku tak menyangka bahwa aku ditunjuk menjadi Dewan Galang Pramuka SMPku. Kata seorang temanku yang kakaknya mantan senior Pramuka di sekolahku, Dewan Galang adalah siswa baru yang dicalonkan oleh para senior untuk menjadi penerus mereka, disamping nanti ada oprecopen recruitment- juga untuk diseleksi bersama-sama. Aku benar-benar tak menyangka. Namun, ini benar-benar WOW, karena aku ini Dewan Galang :D ckckck
Saat bulan Ramadhan tiba, kegiatan Buka Puasa Bersama, atau Buber sangat lazim diadakan oleh ABG-ABG seusiaku ini. Entah dari organisasi, atau dari kelas sendiri. Ternyata senior Pramuka pun mengadakan Buber yang juga mengundang Dewan Galang. Aku sempat berpikir-pikir untuk datang atau tidak. Itulah kali pertama pertemuan Dewan Galang dengan senior Pramuka. Aku takut nanti aku diapakan oleh senior yang ketika Camp pada bertingkah galak2an. Aku juga takut, teman-temanku yang kelas 7 apalagi yang perempuan sedikit yang datang, pastinya aku jadi garing sendiri. Untungnya ada Lia, temanku dari kelas 7 C yang juga mau datang sore itu. Akhirnya aku memberanikan diri, datang di acara yang diadakannya tidak jauh dari rumahku itu. Aku juga berpikir positif, setidaknya nanti aku bisa jumpa dengan ......... [ups...]
Saat sudah sampai di tempat Buber diadakan di rumah salah satu senior Pramuka, benar saja dugaanku. Selain aku dan Lia, cuma ada Bagas, teman sekelasku. Jadi cuma kami bertiga anak kelas 7-nya. Tapi pikiran negatifku tentang diapa-apakannya kami rupanya tidak terjadi. Mereka hari itu sangat ramah dan terbuka kepada kami. Di sana, datang juga Kak Rano. Dan di situlah, kesan keduaku tentangnya muncul : ‘alim’. Mengapa bisa? Yap, dia tidak pernah berkata kasar atau jorok sekalipun. Tindak tanduknya sopan, dan kau tahu? Dia sempat memimpin sholat berjamaah. Dan Ya Tuhaan, aku semakin suka padanya T.T dan ini adalah kemajuan, karena at least kini bukan hanya dari aku yang mengenalnya tapi dia juga telah mengenalku. Setidaknya ia tahu namaku dan asal kelasku yang kini bukan 7 D lagi melainkan 7 Aksel. Ya, kebetulan aku lolos seleksi masuk kelas percepatan dan aku harus meninggalkan sahabat-sahabatku di 7 D untuk menempuh pendidikan yang lebih cepat yakni 2 tahun.

***
Pada suatu hari, guru besarku, Pak Jack, yang juga merupakan ayah dari sahabatku, Bona, mengajakku untuk ikut lomba matematika yang diadakan di kota tetangga. Aku agak ragu, tak yakin pada kemampuan matematisku. Meski aku tertarik pada matematika, basisku adalah pengetahuan alam, karena sejak SD memang aku mengikuti pembinaan untuk lomba IPA bukan Matematika. Tetapi lantas Pak Jack berkata bahwa lomba ini seperti permainan, lombanya outdoor dan beregu. Hm, baiklah, setelah kupikir-pikir boleh juga nih, bisa sekalian jalan-jalan di samping mengasah kemampuan matematikaku dan menambah pengalaman, kebetulan aku belum pernah ke kota itu, meskipun kota tersebut bertetangga dengan kotaku. Hei, tak kusangka lagi ternyata, Kak Rano ikut lomba ini juga. O.o Wah, keren juga, gumamku. Ternyata dia tertarik pada matematika juga ya.  Kau tahu? lomba itu menambah kesanku pada Kak Rano yang ketiga, ‘koplak abis’. Dia tak hentinya membuatku tertawa hingga sakit perut saat bercerita pengalamannya saat lomba pagi itu. Aku bahagia sekali. Bukan karena piala yang tak kusangka kubawa pulang sore itu, tapi karena aku bisa mengenalnya lebih dekat. Aku jadi berharap bisa menjadi temannya, maksudku, teman baiknya... :)
Waktu SMP, -masa2 anak labil- aku pernah memasang nomer HP-ku di FB loh. Betapa gilanya aku dan aku baru sadar itu sebenernya mengganggu banget. Eh, tapi rupanya dari situ, Kak Rano bisa sms aku. Aku ingat betul, hari pertama dia sms aku dengan penuh kegejean dan kubalas dengan kegakjelasan juga. Kau tahu? Hari itu hari pertama aku jalan sama Kak Danny [sebelum jadi pacarnya], kakak kelasku sejak SD dan SMP yang kini sudah duduk di bangku SMA namun baru-baru ini aku mengenalnya. Sejak itu, dia sering sms yang gak jelas, lucu, asik, dan terkadang, romantis… apalagi saat bulan Ramadhan berikutnya. Dia sudah seperti alarm yang membangunkanku saat sahur. Sms mengucapkan selamat berbuka, dan smsan setelah usai terawih sampai Selamat Tidur dan bangun lagi untuk sahur, sudah biasa buat kita. Kau tahu? Aku senang sekali :)
***
Aku senang, Senang tiap kali di layar HP-ku muncul namanya, itu berarti dia sms aku. Hm, sepertinya aku benar-benar suka padanya :o. Tapi entah kenapa ya, aku tak pernah berani mengharapkannya, [maksudku berharap menjadi kekasihnya]. Tapi aku masih menunggunya. Meskipun, selama aku kenal dia, aku tak pernah melihat sendiri kalau dia punya pacar. Tapi dia memang baik dan ramah sama semua orang, sama semua cewek, juga adik kelas. Aku tak pernah yakin pada diriku sendiri kalau suatu saat dia akan menyukaiku. Pernah aku dengar cerita tentangnya, dari Ola, teman sekelasku. Kalau dia itu mantannya Kak Febby, teman seangkatannya juga. Kata Ola yang diceritain sama  Kak Febby, Kak Rano itu baik banget. Meskipun jam berapapun n dimanapun kalau Kak Febby minta jemput, ya dijemput. Ah, andai, aku punya pacar teman baik seperti dia… :(
Ketidakyakinanku makin menjadi saat aku pernah bertanya padanya, tentang Kak Febby. Sempat aku lega karena ternyata Kak Febby bukan mantannya, tapi malah mantannya yang sebenarnya itu Kak Caca, cantik, manis, berkerudung, lembut, dan anggun. Hah? langsung aku lemas dan putus harapan. Mana mungkin Kak Rano suka kepadaku. Aku anak kecil yang pethingkrangan, ceroboh, tak ada anggunnya sama sekali, tak berjilbab pula :( Aku tak akan bisa menjadi seperti Kak Caca, ia terlalu sempurna sebagai cewek. Sempat aku tanya Kak Rano, kenapa ia putus dari Kak Caca, ia bilang tak cocok. Tapi aku yakin bukan itu alasannya, karena mereka berdua terlihat sangat cocok sekali andaikan berjalan bersama. Kegundahanku itulah yang dengan sendirinya membuatku berkata ya, dan menerima Kak Danny saat ia menembakku, di samping aku yang tak tega menolaknya setelah semua kebaikannya padaku. Aku berkaca, mungkin Cuma Kak Danny yang bisa mencintaiku apa adanya, padahal aku belum cukup lama mengenalnya. Kau tahu? Saat Kak Rano tahu aku sudah berpacaran dengan Kak Danny, ia lantas berkata padaku, untuk mempertahankan Kak Danny, karena kata Kak Rano, Kak Danny sayang sekali padaku. Dan aku tak boleh menyiakannya. Entah kenapa, hatiku terasa teriris saat Kak Rano bilang begitu. Andai kau tau, Kak… Aku masih mencintaimu :’(
***
Waktu terus berjalan, hingga aku dan Kak Rano sudah sama-sama kelas 9. Kehadirannya, masih selalu membuatku bersemangat. Membuatku tak pernah absen les sore persiapan UN demi menatapnya dari kejauhan. Membuatku sering solat Dhuha, di mushola yang kebetulan bersebelahan dengan ruang kelasku. Kelasku di lantai 2, dan kelasnya di lantai 1. Tiap kali jam istirahat atau menjelang les sore, aku selalu menatapnya dari atas. Entah ia sadar atau tidak. Yang lucu, aku senang tanpa alasan jika pada waktu les sore, aku dan Kak Rano, memakai baju sewarna… :D
Ia juga membuatku rajin ikut istigosah. Ia membuatku rajin datang untuk les persiapan Tes Penerimaan Siswa Baru SMA, meskipun aku sudah jelas-jelas diterima tanpa tes tulis. Meskipun rumah guru pengajarnya jauh dari rumahku, meskipun hujan badai menerjang, meskipun capek dan letih menggerogoti semangatku, aku tetap datang karena ia menumbuhkan lagi semangatku yang layu. Aku senang sekali, aku tak pernah absen les karena aku sekelas dengannya :)
Hari-hariku selalu indah setiap dekat dengannya. Hingga suatu ketika, Kak Febby yang pernah ngaku-ngaku menjadi mantan pacar Kak Rano, ia bilang pada Kak Danny bahwa aku sedang dekat dengan Kak Rano. Ia juga bilang kalau Kak Rano sedang dalam tahap PDKT kepadaku. Degh, serasa ada peluru yang menghujam dadaku, berat dan sesak. Aku tak mengerti mengapa Kak Febby mengatakan itu kepada Kak Danny. Kak Danny lalu memintaku untuk menanyakan kepastian itu kepada Kak Rano. Bisakah kau bayangkan bagaimana rasanya, menanyakan perasaan seorang cowok ke kita, dan cowok itu adalah cowok yang kita suka. Aku hanya bisa gemetar menyambar HP-ku yang tergeletak di atas tempat tidurku. Apa boleh buat, aku tanyakan semuanya pada Kak Rano demi hubunganku dengan Kak Danny yang harus benar-benar kujaga atas pesan Kak Rano kepadaku dulu. Aku tak tau pasti jawaban apa yang aku harap keluar darinya. Tapi jawabnya seperti ini: “Nggak dek, aku ngga punya perasaan apa-apa sama kamu”.
***
Tak terasa, dua tahun di SMP ini, sudah kulalui bersamanya. Aku diterima di SMA favorit di kotaku, SMA Kak Danny juga yang saat itu sudah duduk di bangku kelas 12. Dan satu hal yang membuatku senang, Kak Rano pun lolos PSB di SMA ini. Aku senang bisa satu sekolah lagi dengannya. Mungkin kau berpikir aku bukanlah cewek yang baik, ya memang kelakuanku ini jangan ditiru. Tapi ada satu alasanku masih bersama Kak Danny, itu karena aku tak mau menentang Kak Rano. :( Dan yang memang paling benar kulakukan adalah, melupakan Kak Rano.
Kau tahu? Aku sudah mencoba, mencoba menghapusnya, mengganti namanya di hatiku dengan nama Kak Danny yang setia. Tapi, aku tak pernah bisa. Ia selalu datang dan pergi, datang lagi dan pergi lagi. Maksudku datang adalah sms aku, dan bergeje ria seperti saat SMP dulu, berbincang hal-hal lucu dan mewarnai hari-hariku. Kehadirannya selalu menguatkanku. Aku hanya bisa membiarkan semua berlalu, dengan namanya yang tetap terukir dalam di hatiku, dengan orang lain di sampingku, yang sangat menyayangiku. Aku hanya berharap waktu akan menghapusnya dari ingatanku. Karena semakin aku ingin melupakannya, aku akan semakin mengingatnya. Karena sebelum melupakan, kita pasti mengingatnya dulu dan hal itu tak akan selesai, terus terjadi dalam hidupku yang kini dibalut seragam sekolah abu-abu.
Kau tahu? Lagi-lagi di SMA ini, aku lolos seleksi masuk kelas percepatan. Itu artinya, nanti aku akan lulus lebih dulu darinya. Dan dua tahun di SMA, tak terasa begitu cepat berlalu. Kak Rano sekarang masih duduk di kelas 11, dan aku sudah akan menghadapi Ujian Nasional dan harus segera menentukan kemana aku melanjutkan hidupku ini. Sempat terpikir untuk kuliah di kota ini agar tak jauh dari orang tua dan teman-teman lama, atau di kota Surabaya yang cukup terkenal hebat universitas dan institut teknologinya, namun entah mungkin karena memang sudah takdirku, angin membawaku ke Bandung. Ya, aku diterima untuk kuliah di jurusan Teknik Pertambangan di Bandung. Tak lama lagi, aku harus meninggalkan kota ini, untuk tinggal di Bandung. Entahlah, apa yang kurasa ini semuanya kucurahkan di blogku, sebagai sebuah hobi yang tak ingin ku tinggalkan...
Sampai suatu malam, malam perpisahan SMA. HP-ku berdering. Di malam itu, Kak Rano, dia sms aku. 
"Rosa, aku suka tulisanmu. Bagus" aku bingung, tulisan manakah yang ia maksud. Dan lalu....
Dia bilang padaku, bahwa ia dulu suka padaku. Namun ia harus mengurungkan perasaannya ketika tahu, aku sudah jadian, dan karenanya ia dulu berpesan padaku untuk selalu menjaga Kak Danny yang dianggapnya bisa menjagaku dan sangat menyayangiku...
Aku segera tahu, ia tau apa yang kumaksudkan di tulisan di blog itu, meski aku menutupinya dengan sajak berjuta makna tapi dia tau satu makna bahwa aku pernah mencintainya...
***

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila terdapat kesamaan cerita, nama tokoh, maupun unsur apapun di dalamnya, hal itu bukanlah suatu yang disengaja, hanya merupakan kebetulan yang berdasarkan imajinasi penulis saja.

No comments:

Post a Comment