Ini sebuah cerpen yang kutulis sendiri. Aku
menggunakan sudut pandang orang pertama, menceritakan seorang anak perempuan
yang mengagumi sosok lelaki pujaannya yang telah menguatkannya dan menghidupkan
hari-harinya. Namun, rupanya cinta tak berpihak pada mereka. Perpisahan, itulah
yang justru dihadapi oleh dua orang yang ‘pernah’ tak disangka saling mencintai
itu. Aku juga tidak tahu mengapa aku memilih judul itu, tapi inilah ekspresiku, biarlah ia mengalir seperti air
Cinta itu
apasih? Bagiku cinta adalah perasaan bahagia saat dia ada dan tengah diliputi kebahagiaan.
Bagiku, cinta itu perasaan sedih saat melihatnya tersedih dan terluka. Cinta
itu perasaan sayang, dan tak ingin jauh darinya, selalu bahagia jika ia dekat
dan menganggapmu ada. Itulah deskripsi cinta yang selama ini kupahami. Dengan
begitu, aku bisa menyimpulkan, aku sedang jatuh cinta...
Namaku Rosa, seorang anak perempuan yang baru
lulus SD dan sekarang bersekolah di SMP yang letaknya tepat di tengah kota
kelahiranku. Di SMP itu aku masuk di kelas 7 D, bersama dengan beberapa
sahabatku sejak SD. Aku berharap, di sini aku bisa menemukan hidupku, petualanganku
dan cerita yang menarik hingga bisa kuceritakan pada siapapun nanti.
Aku punya seorang kakak kelas, yang dalam cerpen ini akan kuceritakan kisahku
dengannya. Dia itu senior Pramuka di sekolahku. Aku tahu pertama kali tentangnya
sejak ikut Camp, kemah Pramuka yang wajib
diikuti oleh semua siswa baru kelas 7 di sekolahku. Namanya Kak Rano dari kelas 8 C. Kesan pertamaku tentangnya adalah : ‘ganteng’. [Oke, maklum anak ABG labil]
Saat diadakan Camp, para siswa baru dalam kelompoknya
pasti diberikan angket, siapa saja senior ter-ter-ter-Aha’. Waktu ada angket kakak Pramuka terganteng, aku harus mengalah dari teman-temanku satu
regu buat milih Kak Rano sebagai Kakak Pramuka Terganteng. Pasalnya
menurut teman-temanku, yang terganteng itu Kak Rezza, sahabat Kak Rano yang membantu mendirikan tenda
regu kami kemarin sore. Ya sudah, karena suaraku kalah, untukku
sendiri saja gantengnya Kak Rano :D
Itulah saat-saat pertamaku jumpa dengannya. Aku
hanya menilai saja, Kak Rano dari luar seperti itu adanya. Seorang cowok yang
tinggi, berwajah bersih dan kulitnya terang. Penampilannya pun selalu rapi
tidak seperti anak SMP labil yang suka meniru-niru gaya orang lain. Aku suka.
*.*
Beberapa waktu setelah Camp, aku tak menyangka bahwa aku ditunjuk menjadi Dewan
Galang Pramuka SMPku. Kata seorang
temanku yang kakaknya mantan senior Pramuka di sekolahku, Dewan Galang adalah
siswa baru yang dicalonkan oleh para senior untuk menjadi penerus mereka,
disamping nanti ada oprec –open recruitment- juga untuk diseleksi
bersama-sama. Aku benar-benar tak menyangka. Namun, ini benar-benar WOW, karena
aku ini Dewan Galang :D ckckck
Saat bulan Ramadhan tiba, kegiatan Buka Puasa Bersama, atau Buber sangat
lazim diadakan oleh ABG-ABG seusiaku ini. Entah dari organisasi, atau dari
kelas sendiri. Ternyata senior Pramuka pun mengadakan Buber yang juga mengundang
Dewan Galang. Aku sempat
berpikir-pikir untuk datang atau tidak. Itulah kali pertama pertemuan Dewan
Galang dengan senior Pramuka. Aku takut nanti aku diapakan oleh senior yang
ketika Camp pada bertingkah galak2an. Aku juga takut, teman-temanku yang kelas
7 apalagi yang perempuan sedikit yang datang, pastinya aku jadi garing sendiri. Untungnya ada Lia,
temanku dari kelas 7 C yang juga mau datang sore itu. Akhirnya aku memberanikan
diri, datang di acara yang diadakannya tidak jauh dari rumahku itu. Aku juga
berpikir positif, setidaknya nanti aku bisa jumpa dengan ......... [ups...]
Saat sudah sampai di tempat Buber diadakan di
rumah salah satu senior Pramuka, benar saja dugaanku. Selain aku dan Lia, cuma
ada Bagas, teman sekelasku. Jadi cuma kami bertiga anak kelas 7-nya. Tapi
pikiran negatifku tentang diapa-apakannya kami rupanya tidak terjadi. Mereka
hari itu sangat ramah dan terbuka kepada kami. Di sana, datang juga Kak Rano.
Dan di situlah, kesan keduaku tentangnya muncul : ‘alim’. Mengapa bisa? Yap,
dia tidak pernah berkata kasar atau jorok sekalipun. Tindak tanduknya sopan,
dan kau tahu? Dia sempat memimpin sholat berjamaah. Dan Ya Tuhaan, aku semakin
suka padanya T.T dan ini adalah kemajuan, karena at least kini bukan hanya dari aku yang mengenalnya tapi dia juga
telah mengenalku. Setidaknya ia tahu namaku dan asal kelasku yang kini bukan 7
D lagi melainkan 7 Aksel. Ya, kebetulan aku lolos seleksi masuk kelas
percepatan dan aku harus meninggalkan sahabat-sahabatku di 7 D untuk menempuh
pendidikan yang lebih cepat yakni 2 tahun.
***
Pada suatu hari, guru besarku, Pak Jack, yang juga merupakan ayah dari sahabatku, Bona,
mengajakku untuk ikut lomba matematika yang diadakan di kota tetangga. Aku agak ragu, tak yakin pada kemampuan
matematisku. Meski aku tertarik pada matematika, basisku adalah pengetahuan
alam, karena sejak SD memang aku mengikuti pembinaan untuk lomba IPA bukan
Matematika. Tetapi lantas Pak Jack berkata bahwa lomba ini seperti permainan, lombanya outdoor dan beregu. Hm, baiklah, setelah kupikir-pikir
boleh juga nih, bisa sekalian jalan-jalan di samping mengasah kemampuan matematikaku dan
menambah pengalaman, kebetulan aku belum pernah ke kota itu, meskipun kota tersebut bertetangga dengan kotaku. Hei, tak kusangka lagi ternyata,
Kak Rano ikut lomba ini juga. O.o Wah, keren juga, gumamku. Ternyata dia tertarik pada matematika juga ya. Kau tahu? lomba itu menambah kesanku pada Kak Rano yang ketiga, ‘koplak abis’. Dia tak hentinya membuatku tertawa hingga sakit perut saat
bercerita pengalamannya saat lomba pagi itu. Aku bahagia sekali. Bukan karena piala yang tak kusangka kubawa pulang sore
itu, tapi karena aku bisa mengenalnya lebih dekat. Aku
jadi berharap bisa menjadi temannya, maksudku, teman baiknya... :)
Waktu SMP, -masa2 anak labil- aku pernah memasang nomer HP-ku di FB
loh. Betapa gilanya aku dan aku baru sadar itu sebenernya mengganggu banget. Eh, tapi rupanya dari situ, Kak Rano bisa sms aku. Aku ingat
betul, hari pertama dia sms aku dengan penuh kegejean dan kubalas dengan kegakjelasan juga. Kau
tahu? Hari itu hari pertama aku jalan sama Kak Danny
[sebelum jadi pacarnya], kakak kelasku sejak SD dan SMP yang kini sudah duduk di bangku SMA namun
baru-baru ini aku mengenalnya. Sejak itu, dia sering
sms yang gak jelas, lucu, asik, dan terkadang, romantis… apalagi saat bulan Ramadhan berikutnya. Dia sudah seperti alarm
yang membangunkanku saat sahur. Sms mengucapkan
selamat berbuka, dan smsan setelah usai terawih sampai Selamat
Tidur dan bangun lagi untuk sahur,
sudah biasa buat kita. Kau tahu? Aku senang sekali :)
***
Aku senang, Senang tiap kali di layar HP-ku muncul namanya, itu berarti dia sms aku. Hm, sepertinya aku benar-benar suka padanya :o. Tapi entah kenapa ya, aku tak pernah berani
mengharapkannya, [maksudku berharap
menjadi kekasihnya]. Tapi aku masih menunggunya. Meskipun,
selama aku kenal dia, aku tak pernah melihat sendiri kalau dia punya pacar.
Tapi dia memang baik dan ramah sama semua orang, sama semua cewek, juga adik
kelas. Aku tak pernah yakin pada diriku sendiri kalau suatu saat dia akan
menyukaiku. Pernah aku dengar cerita tentangnya, dari Ola, teman sekelasku.
Kalau dia itu mantannya Kak Febby, teman seangkatannya juga. Kata Ola yang diceritain sama Kak Febby, Kak Rano itu
baik banget. Meskipun jam berapapun n dimanapun kalau Kak Febby minta jemput, ya
dijemput. Ah, andai, aku punya pacar teman baik seperti dia…
:(
Ketidakyakinanku makin menjadi saat aku pernah bertanya padanya,
tentang Kak Febby. Sempat aku lega karena ternyata Kak Febby bukan mantannya, tapi
malah mantannya yang sebenarnya itu Kak Caca, cantik, manis, berkerudung,
lembut, dan anggun. Hah? langsung aku
lemas dan putus harapan. Mana mungkin Kak Rano suka kepadaku. Aku anak kecil yang pethingkrangan,
ceroboh, tak ada anggunnya sama sekali, tak berjilbab pula :( Aku tak akan bisa
menjadi seperti Kak Caca, ia terlalu sempurna sebagai cewek. Sempat aku tanya
Kak Rano, kenapa ia putus dari Kak Caca, ia bilang tak cocok. Tapi aku yakin
bukan itu alasannya, karena mereka berdua terlihat sangat cocok sekali andaikan
berjalan bersama. Kegundahanku itulah yang dengan
sendirinya membuatku berkata ya, dan menerima Kak Danny saat ia menembakku, di samping aku yang
tak tega menolaknya setelah semua kebaikannya padaku. Aku berkaca, mungkin Cuma
Kak Danny yang bisa mencintaiku apa
adanya, padahal aku belum cukup lama mengenalnya. Kau tahu? Saat Kak Rano tahu aku sudah berpacaran dengan Kak Danny, ia
lantas berkata padaku, untuk mempertahankan Kak Danny, karena kata Kak Rano, Kak Danny sayang
sekali padaku. Dan aku tak boleh
menyiakannya. Entah kenapa, hatiku terasa teriris saat Kak Rano bilang begitu.
Andai kau tau, Kak… Aku masih
mencintaimu :’(
***
Waktu terus berjalan, hingga aku dan Kak Rano sudah sama-sama kelas 9. Kehadirannya, masih selalu membuatku
bersemangat. Membuatku tak pernah absen les sore persiapan UN demi menatapnya
dari kejauhan. Membuatku sering solat Dhuha, di mushola yang kebetulan bersebelahan dengan ruang kelasku. Kelasku di
lantai 2, dan kelasnya di lantai 1. Tiap kali jam
istirahat atau menjelang les sore, aku selalu menatapnya dari atas.
Entah ia sadar atau tidak. Yang lucu, aku senang tanpa alasan jika pada waktu les sore, aku dan Kak Rano,
memakai baju sewarna… :D
Ia juga membuatku rajin ikut istigosah. Ia membuatku rajin datang untuk les
persiapan Tes Penerimaan Siswa Baru SMA, meskipun aku sudah jelas-jelas diterima tanpa tes tulis. Meskipun
rumah guru pengajarnya jauh dari rumahku, meskipun hujan badai
menerjang, meskipun capek dan letih menggerogoti semangatku, aku tetap datang karena ia menumbuhkan lagi semangatku yang layu. Aku senang sekali, aku
tak pernah absen les karena aku sekelas dengannya :)
Hari-hariku selalu indah setiap dekat dengannya.
Hingga suatu ketika, Kak Febby yang pernah ngaku-ngaku menjadi mantan pacar Kak
Rano, ia bilang pada Kak Danny bahwa aku sedang dekat dengan Kak Rano. Ia juga bilang kalau Kak Rano sedang dalam tahap PDKT kepadaku. Degh, serasa ada peluru yang menghujam dadaku,
berat dan sesak. Aku tak mengerti
mengapa Kak Febby mengatakan itu kepada Kak Danny. Kak Danny lalu memintaku untuk menanyakan kepastian itu kepada Kak Rano. Bisakah kau bayangkan bagaimana rasanya, menanyakan perasaan seorang cowok ke kita,
dan cowok itu adalah cowok yang kita suka. Aku
hanya bisa gemetar menyambar HP-ku yang tergeletak di atas tempat tidurku. Apa boleh buat, aku tanyakan
semuanya pada Kak Rano demi hubunganku dengan Kak Danny yang harus benar-benar kujaga atas pesan
Kak Rano kepadaku dulu. Aku tak tau pasti jawaban apa yang aku
harap keluar darinya. Tapi jawabnya seperti ini: “Nggak dek, aku ngga punya
perasaan apa-apa sama kamu”.
***
Tak terasa, dua tahun di SMP ini, sudah kulalui bersamanya. Aku diterima di SMA favorit di kotaku, SMA Kak Danny juga yang
saat itu sudah duduk di bangku kelas 12. Dan satu hal
yang membuatku senang, Kak Rano pun lolos PSB di SMA ini. Aku senang bisa satu sekolah lagi dengannya. Mungkin kau berpikir aku
bukanlah cewek yang baik, ya memang kelakuanku ini jangan ditiru. Tapi ada satu
alasanku masih bersama Kak Danny, itu karena aku tak mau menentang Kak Rano. :(
Dan yang memang paling benar kulakukan adalah, melupakan Kak Rano.
Kau tahu? Aku sudah mencoba, mencoba menghapusnya, mengganti namanya di hatiku dengan nama Kak Danny yang setia.
Tapi, aku tak pernah bisa. Ia selalu datang dan pergi, datang lagi dan pergi
lagi. Maksudku datang adalah sms aku, dan bergeje ria seperti saat SMP dulu, berbincang hal-hal lucu dan mewarnai hari-hariku. Kehadirannya selalu menguatkanku. Aku hanya bisa membiarkan semua
berlalu, dengan namanya yang tetap terukir dalam di hatiku, dengan orang lain di
sampingku, yang sangat menyayangiku. Aku
hanya berharap waktu akan menghapusnya dari ingatanku. Karena semakin aku ingin
melupakannya, aku akan semakin mengingatnya. Karena sebelum melupakan, kita
pasti mengingatnya dulu dan hal itu tak akan selesai, terus terjadi dalam
hidupku yang kini dibalut seragam sekolah abu-abu.
Kau tahu? Lagi-lagi di SMA ini, aku lolos seleksi
masuk kelas percepatan. Itu artinya, nanti aku akan lulus lebih dulu darinya.
Dan dua tahun di SMA, tak terasa begitu cepat berlalu. Kak Rano sekarang masih duduk di kelas 11, dan aku
sudah akan menghadapi Ujian Nasional dan harus segera menentukan kemana aku
melanjutkan hidupku ini. Sempat terpikir untuk kuliah di kota ini agar tak jauh
dari orang tua dan teman-teman lama, atau di kota Surabaya yang cukup terkenal
hebat universitas dan institut teknologinya, namun entah mungkin karena memang
sudah takdirku, angin membawaku ke Bandung. Ya, aku diterima untuk kuliah di
jurusan Teknik Pertambangan di Bandung. Tak lama lagi, aku harus meninggalkan
kota ini, untuk tinggal di Bandung. Entahlah, apa yang kurasa ini semuanya kucurahkan di blogku, sebagai sebuah hobi yang tak ingin ku tinggalkan...
Sampai suatu malam, malam perpisahan SMA. HP-ku berdering. Di malam itu, Kak Rano, dia sms aku.
"Rosa, aku suka tulisanmu. Bagus" aku bingung, tulisan manakah yang ia maksud. Dan lalu....
Dia bilang padaku, bahwa ia dulu suka padaku.
Namun ia harus mengurungkan perasaannya ketika tahu, aku sudah jadian, dan
karenanya ia dulu berpesan padaku untuk selalu menjaga Kak Danny yang
dianggapnya bisa menjagaku dan sangat menyayangiku...
Aku segera tahu, ia tau apa yang kumaksudkan di tulisan di blog itu, meski aku menutupinya dengan sajak berjuta makna tapi dia tau satu makna bahwa aku pernah mencintainya...
***
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila terdapat kesamaan cerita, nama
tokoh, maupun unsur apapun di dalamnya, hal itu bukanlah suatu yang disengaja,
hanya merupakan kebetulan yang berdasarkan imajinasi penulis saja.
No comments:
Post a Comment