Tuesday, March 5, 2013

Farmakokinetik Aspirin

Sebagai Lembar Tugas Mandiri Diskusi Problem Based Learning Modul Sel, Genetika, dan Biologi Molekuler


A.        Pendahuluan
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetilsalisilat, merupakan asam lemah organik yang sering digunakan sebagai obat analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Keberadaanya di dalam tubuh akan mempengaruhi proses biokimia tubuh, dan proses dalam tubuh pun juga akan mempengaruhi nasib obat tersebut. Farmakokinetik adalah salah satu aspek farmakologi yang menggambarkan nasib obat dalam tubuh yang meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi atau eliminasi obat.1,2

B.        Isi
Farmakokinetik Obat
Sebelum masuk ke dalam efek farmakokinetik, obat harus masuk ke dalam tubuh kita melalui tahapan yang disebut dengan administrasi. Pemasukan atau administrasi obat ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang umumnya tergantung pada tujuan terapinya. Cara pemasukan obat yang utama adalah secara enteral (lewat oral atau sublingual) dan parenteral (lewat langsung sistem sirkulasi atau otot). Namun ada juga cara-cara lain seperti inhalasi, intraventrikular, intranasal, topikal, transdermal dan rektal.2
Setelah obat masuk ke dalam tubuh, obat tersebut harus ditransfer ke dalam aliran darah agar masuk ke sistem sirkulasi untuk dapat dialirkan ke target kerja obat tersebut. Proses ini dinamakan absorpsi. Absorpsi obat dipengaruhi oleh jalur administrasi obat dan akan berhubungan dengan bioavailabilitasnya. Bioavailabilitas adalah rasio banyaknya obat yang berhasil masuk ke dalam sistem sirkulasi dengan jumlah obat yang berhasil masuk ketika administrasi.2 Ketika proses absorpsi berlangsung, obat tersebut harus melalui banyak barrier sel bermembran sehingga ada kemungkinan obat terdegradasi dan bioavailabilitasnya sama atau kurang dari 100%.
Setelah terabsorpsi, obat tentunya harus didistribusikan dan memerlukan alat transportasi agar dapat sampai ke targetnya (sel, jaringan, dan interstisial). Distribusi ini tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, afinitas obat terhadap reseptornya, dan hidrofobisitas obat.2 Dalam proses transpornya yang melalui membran-membran sel, obat akan tertransfer melalui difusi pasif atau transpor aktif.
Obat yang masuk dalam tubuh akan mengalami reaksi-reaksi metabolisme baik untuk aktivasi obat tersebut maupun untuk mengubahnya ke bentuk yang mudah untuk dieliminasi (biotransformasi). Organ utama yang berperan dalam proses ini adalah hati di mana terdapat enzim sitokrom P450 yang akan mengubah obat menjadi bentuk metabolitnya.2,3 Namun ada juga obat yang dimetabolisme di ginjal dan usus.2 
Terdapat dua fase dalam metabolisme obat3:
1.        Fase 1 (Reaksi nonsintetik) à Obat mengalami oksidasi/reduksi/hidrolisis/alkilasi/ dealkilasi menjadi bentuk aktif/inaktif/yang mudah dieliminasi
2.        Fase 2 (Reaksi sintetik) à Obat mengalami konjugasi (penggabungan dengan molekul lain) agar lebih polar dan mudah dieliminasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme suatu obat dalam tubuh3:
§   Induksi enzim, dapat meningkatkan biotransformasi obat
§   Inhibisi enzim, menghambat biotransformasi sehingga bioavailabilitas meningkat dan efek menjadi lebih besar dan lebih lama
§   Kompetisi antar obat
§   Polimorfisme genetik, kecepatan metabolisme seseorang bisa jadi berbeda dengan orang lain.
Setelah mengalami metabolisme, metabolit obat akan diekskresikan keluar tubuh. Organ ekskresi utamanya adalah ginjal, dan didukung oleh alat ekskresi lainnya seperti empedu, usus, paru-paru dan ASI pada ibu menyusui.
Farmakokinetik Aspirin
Setelah aspirin masuk ke tubuh melalui administrasi oral,  salisilat yang belum terionisasi akan diabsorpsi secara pasif dari lambung dan usus halus. Pemberian secara rectal jarang dilakukan karena absorpsinya lambat. Administrasi rektal hanya untuk anak-anak yang muntah apabila diberi lewat oral. Namun, pemberian aspirin kepada anak yang mengalami flu, cacar, atau penyakit dengan serangan virus lainnya sebaiknya dihindari karena diduga dapat menimbulkan sindrom Reye.2,4 Untuk kelarutannya, aspirin akan lebih mudah larut dengan pH yang sedikit tinggi seperti pada usus.2 Aspirin dapat melewati sawar darah otak dan plasenta. Aspirin juga dapat diserap melalui kulit, contohnya pada penggunaan metil salisilat secara topikal.2 Metabolisme aspirin terjadi di hati. Asam asetilsalisilat dihidrolisis (deasetilisasi) oleh esterase menjadi asam salisilat yang memiliki efek antipiretik, analgesik dan antiinflamasi. Kemudian obat tersebut dikonjugasikan dengan glisin dan asam glukouronik sehingga dapat diekskresikan melalui urin.

C.        Penutup
Aspirin sebagai anggota dari obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) di dalam tubuh akan mengalami proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi sebagai suatu proses kesatuan yang disebut farmakokinetik.

1.        Fajriani. Pemberian Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) pada Anak. Indonesian Journal of Dentistry. 2008; 15; 200-204.

2.      Finkel R, Clark MA, Cubeddu LX. Lippincott’s Illustrated Reviews Pharmacology. 4th ed. Wolters Kluwer; 2009.

3.   Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika). [serial on the internet] cited 2013 February 28th. Available from: http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/pharmacokinetics-bw.pdf

4. Rusli BH. Sindroma Reye: Dari Etiologi Hingga Penatalaksanaan. [serial on the internet] cited 2013 March 3. Available from: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/141/pdf

No comments:

Post a Comment