Dia Dianita ...
Salam hangat dari Nita, selamat membaca :)
Monday, October 24, 2022
When we first met
Monday, March 8, 2021
7 Maret 2021
Osaka, 7 Maret 2021
Dear Mas Dian, Mama, dan Papa
Assalamualaykum Wr. Wb.
Selamat tanggal 7 Maret buat kita semua.
Buat Mas Dian, お誕生日おめでとう!Selamat ulang tahun untuk kita! Semoga umur kita barokah dan
senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Makasi ya sudah jadi
kakak yang baik dan tengil, semoga semua cita-citamu tercapai, ndang tentukan
tanggal nikahmu ben aku iso ancang2 mulih. Hehe
Buat Mama, tepat di tanggal ini, 25 dan 30
tahun silam, terimakasih banyak sudah berjuang melahirkan kami ke dunia. Walau
harus bertaruh nyawa dan mengalami sakit kontraksi maupun bukaan yang luar
biasa, tapi mama ndak menyerah. Setelahnya mama masih harus menyusui kami,
membesarkan dan mendidik kami, memberikan kasih dan cinta yang sampai kapanpun
ngga akan pernah bisa kami balas. Makasi mama, you know how much we love you!
Buat Papa, 30 tahun sudah papa jadi ayah
setelah menjalani operasi besar antara hidup dan mati. Terimakasih papa sudah
mengatarkan kami mencapai cita-cita kami. Terimakasih juga sudah senantiasa
menjadi imam dan bertanggung jawab atas semua kesalahan kami. Kangen banget
akutu jalan2 sore berdua sama Papa. Luv you forever and ever.
Nita pengen banget bisa pulang dan
kumpul-kumpul lagi, doakan ya biar bisa segera lulus, dan pandeminya juga bisa
segera usai biar dalam perjalanan lulusnya Nita juga bisa sering bolak balik ke
Indo buat ketemu semuanya. Doanya buat kita semua, Mama, Papa, Mas Dian dan
Kitty tentunya: semoga selalu sehat, panjang umur, bahagia, dan barokah di
setiap langkah hidup kita. Semoga akhir hidup kita semua husnul khotimah dan
kelak bisa kumpul juga di surga Allah. Amin ya rabbal alamin.
Salam kangen selalu,
Adik, Nita
PS: Semoga suka sama kuenya 😉
Sunday, January 31, 2021
Corat coret tentang kita
Thursday, December 31, 2020
2020 Recap
Saturday, December 26, 2020
A letter for you
Tuesday, December 8, 2020
Curhat mahasiswa doktoral semester satu
Menjadi researcher di bidang basic science dan bioinformatika bisa dibilang merupakan hal yang sangat baru buatku. Basic science yang kumaksud di sini adalah biologi, lebih spesifiknya lagi adalah mikrobiologi. Sementara bioinformatika, merupakan sebuah cabang ilmu baru yang menjadi perkawinan dari biologi, ilmu komputer, dan statistika. Sedetikpun tidak pernah terbayang saat kuliah dokter dulu akan lanjut di bidang bioinformatika.
Monday, December 7, 2020
A humble, kindhearted Professor
It's been a long time since I wrote on this blog and this evening I got a nerve to write again. It was all because I found Horiguchi Sensei's blog. Horiguchi Sensei is the principle investigator aka head lab or Professor of Department of Molecular Bacteriology in RIMD, Osaka University. Since June, I've been doing experiment in his lab together with Hendra, my friend from Indonesia. Actually we're coming from dry lab in Department of Genome Informatics, but since we need to do some wet experiments to increase robustness of our tools, and our lab has no space to do experiment, Daron (our Professor) ask for collaboration to Horiguchi Sensei and he happily said yes to accommodate our needs.
We are now dealing with bacterial toxins and some antibody production experiment. It's not an easy task for me but I shouldn't be afraid since I'm in the lab of bacterial toxins master. During the past six months, I learned so many things from this lab. Unlike Hendra that already got master in immunology, I have zero previous experience in doing such wet lab experiments, but Horiguchi Sensei and his lab members (especially Nishida Sensei and Dendi) always there to help me. From most of the time, I saw Horiguchi Sensei as a kind and humble person. What I never imagine about him is he also likes to do blogging. He is very delighted to keep his blog updated. On October, we celebrate his birthday and he wrote that on his blog. Here is the link
http://yasgreenrecipes.seesaa.net/article/478162758.html
I was so surprised because I am not even his lab member but I was there. I can feel his appreciation and acceptance for us. Reading on his blog gives me courage to open up my blog again and write something. Anything. I hope I can update my blog more frequent, just like Horiguchi Sensei.
Horiguchi Sensei (with cake) and the lab members minus Nishida Sensei and Sugi San |
Thanks for reading!
(Anyway I'm still learning to write English spontaneously, so anytime you find mistakes, please let me know ;)
Thursday, August 27, 2020
Untuk Indri, Mamanya Jehan
Izinkan aku, dengan derai air mata rindu yang mengalir deras, menuliskan ini untukmu Ndri, seorang sahabat terbaik yang pernah ku kenal. Selama hampir setengah tahun sejak sebuah pesan singkat masuk dari Gesti (3 Maret 2020):
"Nit, Mbak indri meninggal",
ternyata aku belum sadar penuh bahwa kita tak lagi bisa bersua. Aku masih percaya bahwa kamu sedang ada di samping Jehan, tertawa renyah dan hangat. Sampai pagi ini, aku membaca berbagai pesan dari Mas Adit untukmu Ndri. Iya, laki-laki itu masih sangat amat dan akan terus mencintaimu. Surat-surat Mas Adit menyadarkanku Ndri, bahwa kepergianmu nyata, untuk selamanya.
Indri, aku minta maaf. Aku tidak ada di sana saat kamu kesakitan. Aku juga tidak kuasa melakukan apapun untuk meringankan sakit dan sesakmu. Aku sering mendengarkan ceritamu, betapa kamu tengah berjuang dengan keras melawan sakitmu. Sakit yang untuk perempuan lain seusia kita, termasuk aku, mungkin tak akan sanggup menghadapinya. Tapi kamu sudah menerimanya dengan tegar Ndri. Kamu begitu semangat untuk bisa bertahan lebih lama, tak hanya demi dirimu sendiri tapi juga demi Jehan, Indri junior yang ku dengar kini sudah sangat luar biasa pintar. Saat aku bertemu Jehan yang saat itu masih sangat kecil, aku bisa melihat kilau cerdas dari sorot matanya. Mirip sekali denganmu, Ndri.
Indri, aku rindu. Aku masih tidak percaya kamu pergi. Aku rindu celotehmu yang berisik namun hangat. Aku rindu tawamu yang kadang meledak demi menertawakan kebodohan kita bersama. Aku rindu saat kamu konsultasi soal kesehatan, dengan semua pertanyaan kritismu. Aku rindu jadi dokter pribadimu. Aku rindu brownies singkong buatan kita. Aku rindu makan rujak buah sama-sama.
Betapa aku egois Ndri, jika aku ingin kamu hidup lebih lama. Allah sudah mengambilmu Ndri. Allah mengakhiri penderitaanmu, memanggilmu kembali keharibaan-Nya. Kamu sudah tak perlu lagi sesak, tak perlu lagi cemas, tak perlu lagi minum obat yang banyak sekali itu. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih sudah menginspirasi, kamu adalah sosok mama muda yang kuat dan hebat untuk Jehan serta istri yang luar biasa untuk Mas Adit. Terimakasih sudah mau berteman denganku, bercerita kepadaku, dan sudah percaya padaku, di saat aku sendiri kadang meragukan kemampuanku. Semoga kamu tenang di surga. Amin
Al Fatihah
Sunday, August 23, 2020
Abortus Provokatus part 2
Saat itu perasaan saya campur aduk. Di satu sisi saya sungguh tidak bisa menepikan kekesalan saya melihat ulah pasien yang dengan sengaja membunuh janin yang dikandungnya, ditambah dengan cara nya yang tidak aman hingga membahayakan nyawanya sendiri. Di sisi lain saya juga semakin sebal membayangkan ayah dari janin malang tersebut yang namanya telah terukir menjadi tato berbentuk urtikaria di lengan bawah remaja putri malang tersebut. Ah, apa iya dia tahu bahwa anaknya sudah tiada? Atau dia kah yang mengusulkan ini semua? Lari dari tanggungjawab? Berpikir ini hal biasa?
Apa iya tahu bahwa wanitanya kini sedang meregang nyawa? Saya ingin sekali pasien ini selamat dan berharap dengan demikian ia bisa punya kesempatan kedua untuk bisa hidup lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Namun, kondisinya malam itu benar-benar mengkhawatirkan.
Hingga hari berganti, Mba Tina, bidan jaga IGD yang shift bersamaku saat itu tidak henti melakukan pemantauan tanda vital pasien setiap 30 menit sekali. Semua obat topangan kardio sudah diberikan namun tekanan darahnya tak kunjung membaik. Urinnya juga tak sedikitpun bertambah. Pasien ini lantas masuk ICU demi pemantauan yang lebih baik.
Code Blue
Code blue adalah sebuah kode yang umum digunakan di lingkup fasilitas kesehatan yang artinya ada orang yang henti jantung/henti napas. Henti jantung dan henti napas merupakan kegawatdaruratan yang paling mengancam nyawa, dan penanganan yang tepat serta cepat konon mampu mengembalikan denyut maupun napas pasien, tentunya tergantung juga pada penyakit penyerta yang diderita pasien.
Namun sore itu, ada hal yang tidak biasa. Kami mendengar teriakan code blue dari seorang wanita yang berada dari dalam mobil tepat di lobi IGD. Saya berlari menyambar alat bagging, kakak-kakak perawat juga langsung berlari ke lobi dan sebagian membawa brankar. Seorang laki-laki paruh baya yang duduk di kursi samping pengemudi terkulai lemas tidak sadarkan diri, sementara wanita yang berteriak tadi duduk di kursi penumpang belakang. Salah satu perawatku langsung mengambil inisiasi untuk melakukan RJP (resusitasi jantung-paru*) di kursi penumpang sementara tim menyiapkan brankar untuk membawa masuk pasien. Karena posisi yang kurang maksimal untuk melakukan RJP di jok mobil, dalam waktu beberapa detik kami pindahkan pasien tersebut ke atas brankar dan langsung membawanya menuju zona merah IGD sambil tetap melakukan RJP. Secara simultan, tim kami juga mencoba mencari akses intravena serta memasang elektroda yang terhubung pada monitor untuk mengetahui irama jantung pasien. Setelah beberapa siklus kompresi, obat-obatan serta kejut defibrilasi diberikan, pasien ini ROSC, kembali memiliki sirkulasi spontan atau dengan kata lain, jantungnya kembali berdenyut! MasyaAllah