Izinkan aku, dengan derai air mata rindu yang mengalir deras, menuliskan ini untukmu Ndri, seorang sahabat terbaik yang pernah ku kenal. Selama hampir setengah tahun sejak sebuah pesan singkat masuk dari Gesti (3 Maret 2020):
"Nit, Mbak indri meninggal",
ternyata aku belum sadar penuh bahwa kita tak lagi bisa bersua. Aku masih percaya bahwa kamu sedang ada di samping Jehan, tertawa renyah dan hangat. Sampai pagi ini, aku membaca berbagai pesan dari Mas Adit untukmu Ndri. Iya, laki-laki itu masih sangat amat dan akan terus mencintaimu. Surat-surat Mas Adit menyadarkanku Ndri, bahwa kepergianmu nyata, untuk selamanya.
Indri, aku minta maaf. Aku tidak ada di sana saat kamu kesakitan. Aku juga tidak kuasa melakukan apapun untuk meringankan sakit dan sesakmu. Aku sering mendengarkan ceritamu, betapa kamu tengah berjuang dengan keras melawan sakitmu. Sakit yang untuk perempuan lain seusia kita, termasuk aku, mungkin tak akan sanggup menghadapinya. Tapi kamu sudah menerimanya dengan tegar Ndri. Kamu begitu semangat untuk bisa bertahan lebih lama, tak hanya demi dirimu sendiri tapi juga demi Jehan, Indri junior yang ku dengar kini sudah sangat luar biasa pintar. Saat aku bertemu Jehan yang saat itu masih sangat kecil, aku bisa melihat kilau cerdas dari sorot matanya. Mirip sekali denganmu, Ndri.
Indri, aku rindu. Aku masih tidak percaya kamu pergi. Aku rindu celotehmu yang berisik namun hangat. Aku rindu tawamu yang kadang meledak demi menertawakan kebodohan kita bersama. Aku rindu saat kamu konsultasi soal kesehatan, dengan semua pertanyaan kritismu. Aku rindu jadi dokter pribadimu. Aku rindu brownies singkong buatan kita. Aku rindu makan rujak buah sama-sama.
Betapa aku egois Ndri, jika aku ingin kamu hidup lebih lama. Allah sudah mengambilmu Ndri. Allah mengakhiri penderitaanmu, memanggilmu kembali keharibaan-Nya. Kamu sudah tak perlu lagi sesak, tak perlu lagi cemas, tak perlu lagi minum obat yang banyak sekali itu. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih sudah menginspirasi, kamu adalah sosok mama muda yang kuat dan hebat untuk Jehan serta istri yang luar biasa untuk Mas Adit. Terimakasih sudah mau berteman denganku, bercerita kepadaku, dan sudah percaya padaku, di saat aku sendiri kadang meragukan kemampuanku. Semoga kamu tenang di surga. Amin
Al Fatihah
No comments:
Post a Comment